REPUBLIKA.CO.ID, Nama Raja Salman menjadi perbincangan hangat di Tanah Air menyusul rencana kedatangannya pada awal Maret ini. Tak tanggung-tanggung Raja Arab Saudi itu akan berada di Indonesia selama sembilan hari dengan membawa 1.500 rombongan.
Raja akan menandatangani sejumlah kesepakatan bisnis, mengunjungi Masjid Istiqlal hingga berwisata di Pulau Bali selama enam hari.
Berbeda dengan pendahulunya, Raja Salman memiliki kebijakan yang sangat aktif di kawasan. Di awal masa kepemimpinannya, ia mencoba menyatukan negara-negara Suni, dan menjadikan Iran sebagai musuh utama.
Ia menemui Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan hingga perdana menteri Pakistan. Di bawah kepemimpinannya, Saudi terlibat dalam perang di Yaman untuk mendukung sekutu dekat Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi dan menggempur Houthi yang disokong Iran.
Saudi juga memelopori Aliansi Militer Islam Suni yang terdiri lebih dari 34 negara Muslim, termasuk Turki. Indonesia tidak berada di dalamnya. Saudi juga terlibat aktif dalam konflik Suriah. Mereka bahkan mengundang kelompok-kelompok oposisi Suriah bertemu di Riyadh.
Dalam masa kepemimpinannya Raja Salman juga menghadapi sejumlah tantangan lain. Insiden Mina pada Musim Haji 2015 yang menyebabkan banyak korban jiwa menjadi salah satu tantangan Raja Salman.
Ia mendapat tekanan cukup kuat dari sejumlah negara, terutama Iran. Pertikaian haji dengan Teheran pun masih berlanjut hingga saat ini. Tahun lalu Iran tak mengirimkan jamaahnya ke Makkah.
Di sektor ekonomi, Raja Salman juga menghadapi terpaan dengan anjloknya harga minyak hingga menyentuh 30 dolar AS per barel. Merosotnya harga minyak membuat pemasukan Saudi turun drastis.
Baca juga, DPR Siapkan Penyambutan Khusus untuk Raja Salman.
Akibatnya Riyadh mengambil sejumlah langkah kebijakan efisiensi dengan memangkas anggaran. Saudi juga mendorong pendapatan dari berbagai sektor lain, termasuk pariwisata. Saudi juga akan menjual saham perusahan minyak terbesar Aramco.
Tur Raja Saudi ke Asia Tenggara dan Timur pada kali ini salah satunya dikabarkan adalah menawarkan saham perusahaan Aramco. Di sisi lain, Saudi juga menanamkan investasinya di Indonesia.
Raja Salman yang naik tahta dua tahun lalu, sebelumnya merupakan Putra Mahkota sejak 2012 hingga 2015. Ia dipilih sebagai raja tak lama setelah Raja Abdullah bin Abdulaziz meninggal.