Kamis 02 Mar 2017 07:26 WIB

AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.
Foto: EPA/STR
Suasana kota di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang melanda negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pesawat tempur pasukan Rusia dan Suriah menjatuhkan bom di dekat Kota Al Bab, Suriah, yang menimbulkan korban dari kubu oposisi yang didukung Amerika Serikat (AS), Rabu (1/3).

"Kemarin, kami mendapati beberapa pesawat Rusia dan rezim Suriah mengebom beberapa desa, yang mereka pikir dikuasai ISIS. Namun mereka benar-benar mengebom pasukan darat koalisi kami," ujar komandan Angkatan Darat, Letnan Jenderal Stephen Townsend, dari Pentagon.

Kantor berita Rusia, RIA, dengan mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia menyangkal tuduhan tersebut. RIA melaporkan pesawat tempur Rusia dan Suriah tidak meluncurkan serangan terhadap wilayah yang dikuasai Koalisi Arab Suriah yang didukung AS.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, militer AS telah memberikan titik koordinat yang tepat untuk menunjukkan di mana letak kekuatan oposisi Suriah. Rusia dilaporkan sangat memperhitungkan informasi itu.

"Tidak satu serangan pun yang diluncurkan oleh Rusia atau Suriah ke daerah yang koordinatnya diberikan oleh pihak Amerika," kata kementerian pertahanan Rusia, menurut RIA.

Serangan udara berlangsung di sekitar 10 atau 20 Km dari Kota Manbij. Pasukan AS yang berada sekitar empat atau lima Km dari lokasi serangan, turut mengamati rekan-rekan mereka dari Rusia, setelah pengeboman itu berhenti.

"Beberapa panggilan cepat yang dilakukan melalui saluran deconfliction dan Rusia mengakuinya, kemudian menghentikan pengeboman di sana," ungkap Townsend.

Amerika Serikat dan Rusia memiliki saluran khusus untuk menghindari pesawat tempur satu sama lain di wilayah udara Suriah. Pada 2015, mereka sepakat membuat jaringan komunikasi dasar agar pilot mereka bisa menghindari benturan yang tidak disengaja.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement