Kamis 02 Mar 2017 12:00 WIB

Dokter Australia Bebas Bersyarat Setelah Bunuh Suaminya

Chamari Liyanage menghabiskan waktu di penjara dengan melukis dan mengajar kelas seni.
Foto: ABC
Chamari Liyanage menghabiskan waktu di penjara dengan melukis dan mengajar kelas seni.

REPUBLIKA.CO.ID, PERTH -- Seorang dokter kelahiran Sri Lanka pembunuh suaminya yang berperangai kasar di Australia Barat, untuk pertama kalinya berbicara ke publik setelah dibebaskan dari penjara. Ia mengungkapkan, dirinya tak sabar untuk menjalani "kehidupan yang damai".

Dokter Chamari Liyanage telah menjalani hukuman penjara selama empat tahun setelah dinyatakan bersalah pada Februari tahun lalu atas pembunuhan Dinendra Athukorala di Geraldton, di tahun 2014. Liyanage, yang mengalami tindak kekerasan bertahun-tahun, memukul Athukorala dengan palu hingga mati, saat sang suami tidur.

Setelah proses berlarut-larut yang menyebabkan visa Liyanage dipulihkan oleh Departemen Imigrasi dan Perlindungan Perbatasan Australia, dokter perempuan ini akhirnya dibebaskan bersyarat dari Penjara Regional Greenough di selatan Geraldton pada Rabu (1/3) sekitar pukul 05.00 pagi.

Berbicara di luar kantor pengacaranya di Geraldton, Liyanage tampak lega. "Saya pikir, setelah apa yang telah saya lalui, saya benar-benar tak sabar untuk menjalani kehidupan yang tenang dan damai," kata Liyanage.

"Saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih yang tulus kepada masyarakat Australia dan teman-teman saya yang menakjubkan dan kedua pengacara saya ... atas dukungan mereka di sepanjang masa yang sangat sulit ini,” tuturnya.

Ia lantas melanjutkan, "Dan saya ingin berterima kasih kepada staf Penjara Regional Greenough atas perlakuan mereka yang adil selama 2,5 tahun terakhir. Saya benar-benar tak sabar untuk menjalani kehidupan pribadi yang damai dan saya berharap semua orang akan menghormatinya."

Dinendra Athukorala
Dinendra Athukorala digambarkan sebagai ‘monster’ oleh Liyanage.

Supplied: WA Supreme Court

Dukungan teman-teman berarti

Selama persidangan, Liyanage bersikukuh ia tak mengingat apa pun selama periode lima jam tidur di saat malam pembunuhan suaminya dan saat bangun keesokan harinya. Persidangan mengungkap, pernikahan pasangan ini selama lima tahun dikategorikan dalam "jenis terburuk" dari kekerasan seksual, fisik dan emosional yang makin meningkat.

Liyanage bersaksi, ia telah mencoba meninggalkan suaminya sebanyak enam kali, tapi terjebak dalam siklus kekerasan dengan seseorang yang juga berkategori "monster". Pesan dukungan untuk Liyanage telah mengalir di media sosial sejak ia diberikan pembebasan bersyarat.

Ia mengucapkan terima kasih kepada para pendukungnya, terutama teman-temannya di Geraldton. "Itu luar biasa dan benar-benar hebat dan juga indah, mereka mendukung saya sejak hari pertama," katanya.

"Mereka adalah keluarga saya di sini di Australia dan sangat membahagiakan untuk memiliki mereka di sekitar saya," sebut Liyanage.

Liyanage telah ditahan sejak Juni 2014 dan menghabiskan waktunya di penjara untuk mengajar kelas seni kepada para narapidana. "Sekarang, seni adalah minat saya dan saya ingin bekerja di bidang ini," akunya.

Berdasarkan informasi yang beredar, Liyanage secara sukarela setuju menangguhkan lisensi kedokterannnya dan menunggu banding atas dakwaan dan hukuman terhadapnya. Mahkamah Agung setempat juga masih merundingkan masalah tersebut.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan: 17:20 WIB 01/03/2017 oleh Nurina Savitri.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/dokter-di-australia-barat-ini-dibebaskan-bersyarat-setelah-bunu/8316572
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement