REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam tindakan Jerman atas pemblokiran beberapa kegiatan dalam rangka referendum di Turki. Erdogan menyebut pemblokiran tersebut menyerupai praktik Nazi.
"Praktik anda tidak berbeda adanya dari praktik Nazi di masa lalu. Kami pikir Jerman sudah lama meninggalkan praktik itu, ternyata kami salah" ujar Erdogan sebagaimana dilansir dari the Guardian, Senin (6/3).
"Anda menguliahi kami tentang demokrasi dan kemudian anda tidak akan membiarkan menteri negara ini berbicara di sana," kata Erdogan. Dia menambahkan, Jerman tidak menghormati kebebasan dan berpikir.
Pernyataan ini menyusul kejadian sikap pihak berwenang di beberapa daerah di Jerman yang menarik izin demonstrasi politik untuk warga Turki di Jerman. Pihak berwenang di Cologne, North-Rhine Westphalia dan Gaggenau, di Baden-Württemberg, menyatakan pembatalan disebabkan masalah keamanan.
Pekan lalu, kanselir lalu Angela Merkel menolak seruan larangan kampanye bagi Erdoğan atau menterinya di Jerman. Angela lewat juru bicaranya, Steffen Seibert, mengatakan hal ini pentging untuk menghormatri kebabasan berbicara.
"Pemerintah Jerman menyesalkan fakta bahwa kebebasan berbicara dan kebebasan pers di Turki saat ini terbatas," ujar Steffen.
Pembatalan izin demontrasi telah membuat marah pemerintah Turki, yang menuduh Berlin bekerja melawan kampanye referendum. Pemerintah Turki telah memanggil duta besar Jerman sebagai bentuk protes.
Baca juga, Ikhwanul Muslimin Puji Keberpihakan Erdogan.
Turki sendiri melaksanakan referendum untuk perubahan konstitusi yang akan memperkuat kekuasaan Presiden. Seruan Presiden Erdogan membuka babak baru bagi ekskalasi hubungan diplomatik antara kedua negara.