REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Anggaran pertahanan Cina akan naik tujuh persen pada tahun ini menjadi 151,43 miliar dolar AS atau lebih dari Rp 2.000 triliun, kata kantor berita negara itu pada Senin (6/3).
Kenaikan anggaran tersebut, yang dipantau dengan seksama oleh negara dunia untuk mengetahui niat strategis Cina adalah yang terkecil dalam satu dasawarsa belakangan di tengah pelambatan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun ini, pemerintah Cina hanya membidik pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen.
Juru bicara parlemen Cina Yu Ying, pada Sabtu mengatakan belanja militer pada tahun ini akan naik tujuh persen atau setara dengan 1,3 persen dari produk domestik bruto negara tersebut. Namun, sehari kemudian Kementerian Keuangan tidak menuliskan angka belanja militer dalam sebuah laporan untuk rapat tahunan parlemen.
Kenaikan anggaran pertahanan Cina baru terungkap oleh laporan dari kantor berita negara Xinhua pada Senin, dengan mengutip sumber tanpa nama dari Kementerian Kauangan. Anggaran itu akan digunakan sebagian besar untuk mendukung reformasi yang lebih luas terhadap militer dan pertahanan nasional, kata sumber tersebut tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Kenaikan anggaran pertahanan sebesar 7,6 persen pada tahun lalu merupakan yang terendah dalam enam tahun dan menjadi pertumbuhan satu digit pertama sejak 2010. Sebelumnya, selama hampir dua dasawarsa, belanja militer Cina selalu naik dua digit setiap tahunnya.
Cina berulang kali menyatakan telah terbuka dalam hal belanja militer, namun hingga saat ini belum jelas kenapa Kementerian Keuangan sempat merahasiakan angkanya Ahad lalu. Huang Shouhong, direktur badan statistik negara, kepada wartawan mengatakan tidak ada yang rahasia dalam hal ini.
Dalam beberapa tahun belakangan, penambahan kekuatan militer di Cina telah menyebar kekhawatiran di kawasan Asia, terutama dari sikap yang semakin agresif dalam sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan Timur. Meski hanya naik tujuh persen, belanja pertahanan Cina hanya setara dengan seperempat belanja yang sama oleh Amerika Serikat. Meski demikian, banyak pengamat menduga Cina mengeluarkan uang lebih besar dari yang dilaporkan.
Pada 2015, Presiden Xi Jinping menyatakan akan mengurangi personel militer sebanyak 300 ribu orang. Pemerintah Amerika Serikat mengusulkan kenaikan belanja militer sebesar 10 persen menjadi 603 dolar AS.
Baca: Cina Turunkan Target Pertumbuhan Ekonomi