Selasa 07 Mar 2017 18:21 WIB

Raja Salman Secara Tersirat Ajak Indonesia Gabung Aliansi Militer Islam

Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).
Foto: ANTARA
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud dari Arab Saudi dalam pertemuan empat mata di Istana Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat kawasan Timur Tengah Universitas Indonesia (UI) Yon Machmudi PhD menilai pemerintah perlu menanggapi ajakan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud agar Indonesia lebih aktif terlibat dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah dan dunia Islam. "Ini merupakan momen yang jarang terjadi di mana sebuah negara di Timur Tengah secara langsung meminta Indonesia lebih berperan di dunia Islam," katanya di Jakarta, Selasa (7/3).

Menurut Yon Machmudi, posisi Indonesia sebagai negara Muslim demokratis terbesar di dunia tentu sangat strategis. Ditambah lagi dengan prospek Indonesia sebagai negara yang terus meningkat kekuatan ekonominya.

Di sisi lain, kata dosen di Fakultas Ilmu Budaya UI itu, Raja Salman dalam beberapa pidato singkatnya baik yang di Istana Bogor, di depan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun dalam beberapa komentarnya di tempat-tempat lain secara halus mengungkapkan keinginan yang kuat agar Indonesia dapat bergabung dalam aliansi militer Islam (Islamic Military Alliance). Aliansi itu penting dalam memerangi terorisme dan menciptakan stabilitas kawasan dan dunia internasional.

Islamic Military Alliance (IMA) digagas oleh Saudi pada 15 Desember 2015 beranggotakan sekitar 39 negara bermarkas di Riyadh. "Indonesia sendiri walaupun sudah berkali-kali diundang untuk bergabung, belum memutuskan. Oleh karena itu, kedatangan Raja Salman yang diikuti oleh iring-iringan delegasi ibarat sebuah hajatan peminangan," ujarnya.

(Baca Juga: Ini Jenderal Pakistan yang akan Pimpin Aliansi Militer Islam)

Yon menilai, Indonesia yang memiliki peran penting dalam menjaga dan menyebarkan Islam moderat dianggap akan berperan penting dalam mewarnai aliansi militer ini. Apalagi Turki sebagai anggota NATO juga telah bergabung dalam kelompok ini.

"Raja Salman pun menegaskan bahwa dasar dari kerja sama dalam menciptakan stabilitas di dunia Islam itu dilandasi oleh prinsip-prinsip bertetangga secara baik, tidak adanya intervensi urusan dalam negeri masing-masing dan upaya-upaya menyelesaikan masalah-masalah di dunia Islam secara damai," kata peraih gelar PhD dari the Australian National University itu.

Karena itu, kata dia, Arab Saudi berusaha melakukan transformasi ekonomi dan politik sekaligus dengan mendekati Asia sebagai mitra-mitra strategis menggantikan Amerika Serikat. Dia menambahkan, ajakan Saudi kepada Indonesia untuk lebih berperan dalam menciptakan perdamaian di dunia Islam merupakan tawaran yang strategis, mengingat selama 47 tahun Indonesia nampak enggan memerankan fungsi strategisnya dalam organisasi negara-negara Islam (OKI).

"Pinangan Raja Salman kepada Indonesia tentu harus dicermati. Ada peluang dan tantangan tersendiri yang harus dikaji secara cermat," kata Yon Machmudi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement