REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi pada Rabu (8/3) berharap Arab Saudi dan Iran berdamai melalui jalan perundingan, mengingat keduanya adalah negara sahabat bagi Beijing.
Wang menyampaikan hal tersebut menjelang kunjungan pemimpin Arab Saudi, Raja Salman ke Cina. Secara umum, Cina tidak memainkan peran besar dalam berbagai sengketa di Timur Tengah meski menggantungkan pasokan minyak dari kawasan tersebut. Namun, negara tersebut akhir-akhir ini mencoba terlibat dalam penyelesaian perang saudara di Suriah, yang telah berlangsung enam tahun.
Pada tahun lalu, Cina menawarkan bantuan kepada pemerintah Yaman, yang juga didukung persekutuan Teluk pimpinan Arab Saudi dalam perang dengan gerilyawan Houthi, kelompok dekat dengan Iran dan menguasai sebagian wilayah negara tersebut.
Di sisi lain, Cina juga cukup berhati-hati membangun hubungan dekat dengan Iran. Presiden Xi Jinping mengunjungi Arab Saudi dan juga Iran pada Januari tahun lalu.
Pada Rabu, Wang mengatakan pihaknya menyambut baik kunjungan Raja Salman di ke Cina yang akan dilakukan pada 15 sampai 18 Maret mendatang. "Kami berharap Arab Saudi dan Iran bisa menyelesaikan persialan yang mereka hadapi bersama melalui perundingan yang setara dan bersahabat," kata Wang dalam pernyataan pers tahunan.
"Cina adalah sahabat bagi Arab Saudi maupun Iran. Bahkan jika dibutuhkan, Cina siap memainkan peranan yang diperlukan," kata dia tanpa menjelaskan lebih jauh.
Arab Saudi dan Iran memang merupakan rival besar di Timur Tengah yang terlibat perang tanding di sejumlah negara. Selain Yaman, keduanya juga berbeda sikap terkait konflik Suriah, di mana Riyadh mendukung gerilyawan sementara Tehran membantu pemerintahan Bashar al-Assad.
Arab Saudi juga menentang kesepakatan nuklir antara sejumlah negara besar dengan Iran, yang memungkinkan Teheran membangun hubungan baik dengan negara-negara Barat. Riyadh menganggap kesepakatan tersebut akan membuka jalan bagi Iran untuk menjadi kekuatan nuklir dunia tanpa pengawasan.
Raja Salman memulai lawatan selama sebulan ke Asia, dimulai pada akhir Februari, untuk membangun hubungan baik dengan negara pembeli minyak Arab Saudi dan memromosikan kesempatan investasi, termasuk di antaranya adalah penjualan saham perusahaan minyak milik negara itu, Aramco.