Jumat 10 Mar 2017 00:01 WIB

Dokumen Ungkap Australia tak Siap dengan Kemenangan Trump

Presiden Donald Trump (kanan)
Foto: AP
Presiden Donald Trump (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Pemerintah Australia tampaknya tidak siap dengan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS. Hal itu terungkap dalam dokumen pemerintah Australia yang mengatakan tidak ada "tanda-tanda" Trump bisa meraih kemenangan.

Perdana Menteri Malcolm Turnbull terpaksa menggunakan nomor pribadi yang disediakan pegolf legendaris Greg Norman pascapemilu karena Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Australia tidak memiliki nomor kontak tim Trump. Namun dokumen pemerintah Australia mencatat baik "Trump dan Clinton telah membentuk tim transisi".

Dokumen dari Departemen Pertahanan Australia yang dirilis di bawah UU Freedom of Information (FOI) menunjukkan Menhan Marise Payne juga tidak siap dengan kemenangan Trump. Senator Payne dan Menteri Industri Pertahanan Christopher Pyne melakukan perjalanan ke Washington untuk bertemu pejabat tinggi AS pada Oktober tahun lalu, satu bulan sebelum pemilu.

Dephan menyiapkan dokumen untuk Senator Payne, bertanda "rahasia," dan untuk "Australia Eyes Only". Rincian utama dari posisi luar negeri, pertahanan dan kebijakan perdagangan Trump telah disunting, namun dokumen itu mengungkapkan penilaian karakter Trump.

"Trump adalah calon yang belum pernah ada dan kemampuannya bermanuver dan memulihkan tidak bisa diremehkan," demikian disebutkan dokumen itu.

"Apa pun hasilnya, AS akan mencari sekutunya untuk berbuat lebih banyak," tambahnya.

Paket briefing itu berisi foto-foto tokoh kunci dan penasehat kampanye, tapi teks yang menyertai telah dihitamkan. Selain itu juga berisi salinan surat terbuka tentang Trump yang dikirim para pemimpin keamanan nasional GOP pada Maret 2016 dan pernyataan mantan pejabat keamanan nasional yang dikirim Agustus 2016.

Menunggu tujuh pekan

Senator Payne mengucapkan selamat kepada calon Menhas AS setelah pencalonannya tapi kemudian menunggu sekitar tujuh minggu sebelum menghubunginya lagi, meskipun kesulitan meningkat atas sikap AS di Laut Cina Selatan. Calon Mendagri AS saat itu, Rex Tillerson, mengatakan kepada Senat AS dia ingin memblokir akses Cina ke pulau-pulau yang dipersengketakan, memicu peringatan bahwa AS bisa melibatkan Australia dalam perang melawan Cina.

Juru bicara Senator Payne menjelaskan sang menteri menghubungi Jenderal Mattis untuk mengucapkan selamat pada awal Desember dan juga pada akhir Januari. "Seperti praktik yang biasa, pemerintah bekerja sama dengan pemerintah AS yang memerintah," kata juru bicara itu.

"Menteri Payne menyurat kepada Sekretaris Mattis pada tanggal 23 Januari," katanya seraya menambahkan, "Menteri Payne berbicara dengan Sekretaris Mattis pada 25 Januari."

Tak ada kontak

Pejabat-pejabat senior Dephan tidak melakukan surat-menyurat resmi dengan mitra barunya di AS, Jenderal Mattis, dalam dua bulan setelah pilpres, demikain dijelaskan pihak Dephan menjawab permintaan informasi dari ABC.

Menhan AS mengunjungi Canberra pada September tahun lalu. Pada saat itu, Jenderal Mattis adalah Visiting Fellow di Hoover Institution. Jenderal Mattis diumumkan sebagai pilihan Trump untuk posisi Menhan pada sebuah kampanye 1 Desember tahun lalu.

'Tak ada tanda-tanda' Trump bisa menang

Dokumen itu berisi informasi mendalam mengenai polling dan menilai peluang Trump memenangkan pemilu sebagai tidak mungkin.

"[Hillary] Clinton lebih unggul," kata dokumen itu.

"Namun, keunggulannya kian tipis dan Trump bersaing di negara-negara yang jadi perebutan," tambahnya.

"Peta pemilu sangat mengarah ke Clinton... Trump, sebaliknya, harus secara dramatis menggambar ulang peta politik untuk menang," katanya

"Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda bahwa Trump akan bisa apat mencapai hal ini," demikian ditambahkan.

"Sementara pihak Demokrat sangat positif mengenai kemenangan Clinton, mereka melihat perjuangan panjang ke depan hingga hari pemilihan pada bulan November," katanya.

Dokumen tersebut juga memberi kredit kepada staf baru Trump dengan adanya kenaikan kecil dalam polling.

"(Polling meningkat) ketika dia menunjuk CEO Breitbart, Stephen Bannon, sebagai CEO Kampanye dan Kellyanne Conway sebagai Manajer Kampanye," katanya.

Departemen Pertahanan membantah briefing mereka keliru mengenai peluang Trump untuk menang.

"Briefing itu tidak didasarkan pada asumsi seperti demikian," kata seorang jurubicara Dephan.

"Data polling faktual termasuk di dalam briefing itu," tambahnya.

Diterbitkan Pukul 12:30 AEST 9 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari artikel berbahasa Inggris.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/australia-tak-siap-dengan-kemenangan-trump/8339072
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement