REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengundang Presiden Palestina Mahmoud Abbas secara resmi untuk berkunjung ke Gedung Putih. Undangan tersebut disampaikan pada Jumat (10/3), kata juru bicara Abbas. Undangan itu disampaikan Trump usai kedua pemimpin berbicara melalui telepon untuk pertama kalinya sejak Trump menjabat sebagai presiden.
"Presiden Trump telah mengutarakan undangan secara resmi kepada Presiden Abbas untuk segera berkunjung ke Gedung Putih guna membahas upaya memulai kembali proses politik. (Trump) menekankan komitmennya terhadap proses perdamaian yang akan mengarah pada perdamaian sesungguhnya antara Palestina dan Israel," kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rdainah.
Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer di Washington membenarkan bahwa Trump telah mengundang Abbas untuk segera melakukan pertemuan di Gedung Putih. Palestina mengkhawatirkan pendekatan lebih menguntungkan bagi Israel, seperti yang diperlihatkan Washington terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sejak Trump menjadi presiden.
Netanyahu dan Trump telah berbicara di telepon setidaknya dua kali sejak Trump dilantik sebagai presiden pada 20 Januari. Netanyahu juga sudah mengunjungi Washington bulan lalu. Sejumlah pejabat Palestina mengisyaratkan bahwa Abbas akan menekankan kekhawatirannya terkait pembangunan permukiman oleh Israel di tanah yang diduduki Israel serta perlunya penyelesaian dua-negara dalam konflik Palestina-Israel.
"Presiden Abbas telah menekankan komitmen bagi perdamaian merupakan pilihan strategis untuk membangun Negara Palestina bersama dengan negara Israel," kata Abu Rdhainah seperti dikutip kantor berita resmi Palestina, WAFA.
Ketika jumpa pers saat kunjungan Netanyahu pada 15 Februari, Trump memperlihatkan sikap bercabang soal penyelesaian dua-negara. "Saya mengamati (penyelesaian) dua-negara dan satu-negara dan saya menyukai penyelesaian yang disukai kedua pihak ... Saya tidak ada masalah dengan dua-duanya," kata Trump.
Pernyataan Trump itu menimbulkan kekhawatiran di dunia Arab serta banyak negara Eropa. Sejak itu, Gedung Putih bersikap lebih hati-hati menyangkut masalah tersebut dan pembicaraan soal pemindahan kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem semakin berkurang. Trump saat kampanye menjanjikan pemindahan kedutaan ke Yerusalem, namun langkah itu kemungkinan akan menimbulkan kemarahan di dunia Muslim.