Sabtu 11 Mar 2017 12:38 WIB

PBB: Dunia Hadapi Krisis Kemanusiaan Terbesar

Rep: Puti Almas/ Red: Ilham
Pengungsi Somalia yang dilanda kelaparan.PBB mengatakan lebih dari 3,2 juta warga Somalia membutuhkan bantuan makanan.
Foto: AP
Pengungsi Somalia yang dilanda kelaparan.PBB mengatakan lebih dari 3,2 juta warga Somalia membutuhkan bantuan makanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan saat ini dunia tengah menghadapi krisis kemanusiaan terbesar. Bahkan, bencana ini menjadi yang terbesar sejak 1945, lalu. 

Lebih dari 20 juta orang dilaporkan menghadapi kelaparan di sejumlah negara seperti Yaman, Somalia, Sudan Selatan, dan Nigeria. Setidaknya saat ini Badan Anak PBB, UNICEF mengatakan, ada 1,4 juta anak di bawah umur yang menghadapi resiko kematian atas bencana ini. 

"Kami berdiri di titik paling krisis sepanjang sejarah. Sejak awal tahun ini, kriris kemanusiaan harus dihadapi dunia dan menjadi yang terbesar sejak 1945 lalu atau ketika PBB didirikan," ujar wakil sekretaris jenderal PBB di bidang Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Stephen O'Brien, dilansir BBC, Sabtu (11/3). 

Ia juga mengatakan, setidaknya 4,4 miliar dolar AS dibutuhkan untuk mencegah bencana. Jumlah dana itu dibutuhkan paling lambat pada Juli mendatang.

Kelaparan menjadi bencana terburuk yang terjadi di empat negara seperti yang disebutkan sebelumnya. Korban akibat bencana ini sudah mulai berjatuhan dan diperkirakan hingga enam bulan ke depan dapat terus berlanjut. 

O'Brien menuturkan, yang paling menderita akibat bencana ini adalah anak-anak. Ia mengatakan, mereka akan menghadapi kemungkinan tidak memiliki masa depan layak. Dengan demikian, harapan setiap negara yang dilanjutkan oleh para generasi muda akan hilang. 

"Banyak anak yang juga putus sekolah, kehidupan mereka tidak layak, dan banyak lainnya yang akan menganggu masa depan serta harapan mereka untuk membuat dunia lebih baik," jelas O'Brien.

Hingga saat ini, PBB belum menerima jumlah pendanaan yang cukup untuk mengatasi krisis kemanusiaan tersebut. Dari awal 2017, hanya ada sekitar 90 juta dolar AS yang pihaknya dapatkan. O'Brien mendesak lebih banyak dukungan finansial untuk mengatasi bencana di empat negara tersebut dari internasional. 

Di Yaman, seorang anak diperkirakan meninggal setiap 10 menit sekali. Mereka harus kehilangan nyawa akibat penyakit yang sebenarnya dapat dicegah. Sementara, setengah juta lainnya, khususnya mereka yang berusia balita menderita gizi buruk akut. 

PBB memperkirakan ada 19 juta orang atau dua pertiga dari total penduduk Yaman yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Bencana ini memburuk seiring konflik yang terjadi di negara itu dalam dua tahun terakhir, antara pemerintah dan pasukan oposisi Houthi. 

Kemudian di Sudan Selatan, 100 ribu orang menghadapi bencana kelaparan. Secara keseluruhan, PBB mencatat ada 4,9 juta orang atau 40 persen dari jumlah penduduk di negara itu yang membutuhkan bantuan gizi dan pangan. 

Di Nigeria, bencana kelaparan terjadi paling parah di wilayah utara dan timur laut negara itu. Konflik yang terjadi dengan munculnya kelompok militan Boko Haram disebut menjadi faktor utama krisis kemanusiaan terjadi. 

PBB memperkirakan pada Desember 2016 lalu ada 75 ribu anak yang beresiko menghadapi kematian akibat kelaparan. Sementara 7,1 juta orang dengan usia dewasa juga demikian, serta di negara tetangga Nigeria, yaitu Chad. 

Terakhir di Somalia, bencana kelaparan terjadi sangat buruk. Pada awal bulan ini laporan menyebutkan 110 orang meninggal dalam satu wilayah di negara itu hanya dalam waktu 48 jam atau dua hari. 

Salah satu penyebab utama bencana ini terjadi adalah fenomena cuaca. Somalia dilanda kekeringan dan air bersih tidak bisa didapatkan dengan mudah. Sebanyak 6,2 juta orang hingga saat ini membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement