Ahad 12 Mar 2017 04:23 WIB

PBB: Dunia Hadapi Krisis Terburuk Kemanusian Sejak Perang Dunia II

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Angga Indrawan
Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Foto: Reuters/Heinz-Peter Bader
Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi krisis terburuk kemanusiaan sejak akhir Perang Dunia II. Sedikitnya lebih dari 20 juta orang menderita kelaparan di empat negara.

Kepala Lembaga Kemanusiaan Dunia Stephen O'Brien seperti dilansir AFP pada Sabtu (11/3) mendesak dana mobilisasi sekitar 4,4 miliar dollar AS pada Juli untuk Timur Laut Nigeria, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman untuk mencegah bencana.

"Jika tidak, banyak orang diperkirakan akan meninggal karena kelaparan, mata pencaharian akan hilang dan keuntungan politik yang telah susah payah selama beberapa tahun terakhir akan terbalik," kata O'Brien dalam peringatannya kepada Dewan Keamanan PBB, Sabtu (11/3).

Menurutnya, tanpa upaya kolektif dan terkoordinasi secara global, orang-orang akan mati kelaparan. "Banyak lagi akan menderita dan mati dari penyakit. Anak terhambat dan keluar dari sekolah, penghidupan, masa depan dan harapan akan hilang," katanya.

Dia menyebut perang yang mendera sebagai Yaman krisis kemanusiaan terbesar di dunia dengan dua pertiga dari populasi, atau 18,8 juta orang dari tiga juta lebih pada bulan Januari membutuhkan bantuan dan lebih dari tujuh juta tanpa akses reguler ke makanan.

Menurutnya, konflik di Yaman telah menewaskan lebih dari 7.400 orang tewas dan 40.000 terluka sejak koalisi Arab-negara campur tangan di sisi pemerintah melawan pemberontak di Maret 2015 sebagaimana angka PBB.

Ia menyebut, hanya dalam dua bulan terakhir lebih dari 48.000 orang telah melarikan diri dari pertempuran di negara termiskin di dunia Arab.

Selama pertemuan baru-baru ini, O'Brien juga mengatakan pemimpin senior di kedua belah pihak setuju untuk memberikan akses kemanusiaan terus menerus dan menghormati hukum kemanusiaan internasional. Dia mencatat bahwa 4,9 juta orang menerima bantuan makanan bulan lalu saja.

"Namun semua pihak dalam konflik yang sewenang-wenang menolak akses kemanusiaan berkelanjutan dan mempolitisasi bantuan," ujarnya.

Menurutnya, sebanyak 2,1 miliar dollar AS diperlukan untuk mencapai 12 juta orang dengan bantuan menyelamatkan jiwa dan perlindungan di Yaman tahun ini, menurut O'Brien, yang mencatat bahwa hanya enam persen dari dana tersebut telah diterima selama ini.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement