REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Sedikitnya 652 anak tewas di Suriah pada 2016. Karenanya, UNICEF melabeli 2016 sebagai tahun terburuk bagi generasi muda Suriah.
Dilansir dari Arab News, Senin (13/3), tidak ada hentinya serangan terhadap sekolah, rumah sakit, taman bermain dan rumah tahun lalu. Ini merupakan hasil dari tidak adanya kepedulian mereka yang berkonflik di Suriah kepada anak-anak. UNICEF mengungkap sedikitnya 255 anak tewas di sekolah maupun di dekat sekolah tahun lalu.
Selain itu, sebanyak 1,7 juta anak-anak Suriah putus sekolah, dengan satu dari setiap tiga sekolah di Suriah tidak dapat lagi digunakan karena pendudukan kelompok bersenjata. Selain itu terdapat 2,3 juta anak-anak Suriah yang mengungsi di berbagai tempat lain di Timur Tengah. Semua itu jadi laporan UNICEF dua hari sebelum tahun keenam pemberontakan yang meningkat menjadi perang saudara.
Anak-anak termasuk korban pertama dari tindakan brutal pemerintah. Pada 15 Maret 2011, warga kota Daraa malah sudah turun ke jalan demi menuntut pembebasan siswa remaja yang ditangkap karena menulis slogan-slogan anti-pemerintah di dinding sekolah. Ternyata, mereka yang ditangkap disiksa di tahanan.
Laporan badan amal internasional Save the Children, mengungkap anak Suriah telah menunjukkan gejala stress berbahaya atau disebut //toxic stress yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup. Itu berarti, mereka harus berjuang melawan gangguan mental yang bisa berlangsung sampai dewasa.
UNICEF menyebut, pengerahan tentara kepada anak-anak terus meningkat di Suriah, dengan setidaknya 851 anak-anak direkrut oleh faksi-faksi bersenjata tahun lalu, dua kali dengan tahun sebelumnya. Mereka juga berisiko cidera karena berada di sekitar ranjau dan bom curah. Hal itu semakin diperparah dengan terhambatnya penghapusan ranjau di daerah oposisi, dan tidak teraksesnya sebagian besar daerah Suriah.