Rabu 15 Mar 2017 08:02 WIB

Melihat Penderitaan dan Keberanian Anak-Anak Suriah

Anak-anak pengungsi bermain sepak bola di desa Jibreen selatan Aleppo, Suriah,
Foto: AP / Hassan Ammar
Anak-anak pengungsi bermain sepak bola di desa Jibreen selatan Aleppo, Suriah,

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penderitaan anak-anak di Suriah, yang menjadi korban perang mencapai titik terdalam pada 2016. Dana anak PBB (UNICEF) menyebut ini merupakan jumlah pelanggaran besar paling banyak terhadap mereka sejak penelitian dimulai pada 2014.

UNICEF mendesak semua pihak dalam konflik di Suriah, semua pihak yang memiliki pengaruh atas mereka dan siapa saja yang peduli mengenai anak-anak, untuk menemukan penyelesaian politik segera guna mengakhiri konflik tersebut. Tak kurang dari 652 anak meninggal tahun lalu, naik 20 persen dibandingkan dengan jumlahnya pada 2015. Sebanyak 255 di antara mereka tewas di sekolah atau di dekatnya.

Enam Tahun Perang Saudara Suriah Tewaskan 465 Ribu Orang

Anak yang cacat dan direkrut juga naik tajam, sementara kekerasan di seluruh negeri itu memperlihatkan peningkatan drastis, kata badan PBB tersebut. "Parahnya penderitaan (anak-anak) tak pernah terjadi sebelumnya," kata Geert Cappelaere, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

Jutaan anak di Suriah menjadi sasaran serangan setiap hari, dan kehidupan mereka jungkir-balik. UNICEF menyebut masing-masing dan setiap anak terluka sepanjang hidup mereka, dengan konsekuensi mengerikan pada kesehatan, kesejahteraan dan masa depan mereka.

Badan PBB tersebut juga menyoroti tantangan untuk memasuki beberapa bagian negeri itu menghambat penilaian penuh mengenai penderitaan anak-anak dan pengiriman bantuan kemanusiaan yang sangat diperlukan.

Yang paling rentan di kalangan anak-anak Suriah adalah 2,8 juta yang berada di daerah yang sulit dijangkau, termasuk 280 ribu anak yang hidup di daerah terkepung, yang nyaris sepenuhnya terputus dari bantuan kemanusiaan.

"Selain akibat bom, peluru dan ledakan, anak-anak tersebut meninggal secara diam-diam seringkali akibat penyakit yang mestinya bisa dengan mudah dicegah. Akses ke perawatan medis, pasokan penyelamat hidup dan layanan dasar lain masih sulit diperoleh," kata siaran pers itu.

Setelah enam tahun perang, hampir enam juta anak kini tergantung atas bantuan kemanusiaan, naik 12 kali lipat dari 2012. Jutaan anak telah kehilangan tempat tinggal, sebagian sampai tujuh kali. Menurut perkiraan, lebih dari 2,3 juta anak saat ini hidup sebagai pengungsi di Turki, Lebanon, Jordania, Mesir dan Irak.

Namun, ada "kisah yang luar biasa" mengenai anak-anak yang bertekad akan memburu aspirasi serta harapan mereka, kata badan dunia tersebut.

Darsy, pengungsi yang berusia 12 tahun di Turki, berkata, "Saya mau menjadi ahli bedah untuk membantu orang yang sakit dan luka di Suriah. Saya memimpikan Suriah tanpa perang, jadi kami dapat pulang. Saya memimpikan dunia tanpa perang."

Namun, kata Cappelaere, UNICEF juga terus menyaksikan keberanian anak-anak Suriah. "Banyak anak telah menyeberangi garis depan cuma untuk mengikuti ujian sekolah. Mereka berkeras untuk belajar, termasuk di sekolah bawah tanah. Ada sangat banyak lagi yang dapat dan mesti kita lakukan untuk mengubah kondisi buat anak-anak Suriah," kata dia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement