REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Krisis kemanusiaan di sejumlah wilayah Nigeria adalah imbas kombinasi terorisme Boko Haram dan kekeringan. Duta Besar RI untuk Nigeria, Harry Purwanto menyampaikan pada Republika.co.id, Rabu (15/3), krisis ini terjadi di bagian Utara-Timur Nigeria.
Menurutnya, pemerintah Nigeria telah membantah adanya berita tentang bencana kelaparan di Nigeria. Bahkan Menteri Pertanian Nigeria telah menekankan bahwa beberapa wilayah di Nigeria merupakan sumber eksportir makanan bagi negara-negara lainnya, seperti Aljazair, Libya, dan lainnya.
"Berita (kelaparan) semacam ini menimbulkan pemahaman yang rancu karena cenderung mengeneralisasi hal-hal yang terjadi di bagian Utara-Timur Nigeria," kata Harry. Krisis di wilayah ini juga meliputi tiga negara lain, seperti Kamerun, Chad, dan Niger.
Wilayah khususnya sekitar Lake Chad Basin memang menjadi rentan kelaparan karena terkena dampak langsung dari Boko Haram. Harry menekankan kondisi ini tidak berimbas kepada seluruh wilayah Nigeria.
"Wilayah Utara-Timur Nigeria merupakan wilayah yang kering dan kondisinya semakin buruk akibat konflik dan gangguan terorisme Boko Haram selama lima tahun ini," kata Harry. Sehingga masyarakat di wilayah tersebut tidak sanggup untuk memproduksi bahan makanan.
Dari catatan yang ada, 26 juta penduduk di wilayah Utara-Timur Nigeria saja, belum termasuk negara lain, terkena dampak dari kekerasan kelompok Boko Haram. Sekitar 10,7 juta orang di antaranya memerlukan bantuan kemanusiaan.
Sebanyak 8,5 juta di antaranya berada di wilayah Utara-Timur Nigeria. Dari keseluruhan angka tersebut, 2,4 juta orang, dengan 1, 5 juta diantaranya anak-anak, pada saat ini kehilangan tempat tinggalnya. Dari 1,5 juta anak-anak ini, 450 ribu di antaranya memerlukan perhatian segera baik dalam hal bantuan makanan, bantuan kesehatan utama darurat, serta air dan sanitasi.
"Jika tidak ditangani, dikhawatirkan 10-20 persen berpotensi paling buruk meninggal dunia," kata Harry. Pada Konferensi Kemanusiaan untuk wilayah Lake Chad Basin di Oslo, Februari 2017 lalu, 14 negara donor menjanjikan akan memberikan bantuan sejumlah lebih dari 670 juta dolar AS.