Rabu 15 Mar 2017 09:12 WIB

Tunjukkan Simpati, Guru SMA di AS Berhijab

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Bilal Ramadhan
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, ILLINOIS – Sejak semula, kepemimpinan Donald Trump menyebarkan nuansa perpecahan di Amerika Serikat (AS). Khususnya yang menyasar kelompok-kelompok minoritas, termasuk umat Islam. Hal itu disampaikan seorang guru SMA di Oak Forest, Illinois, AS, Lori Szeszycki.

Sebagai bentuk protes, perempuan lulusan Loyola University itu menunjukkan solidaritas terhadap kaum Muslim. Caranya dengan mengenakan hijab sejak Presiden Donald Trump dilantik hingga hari ini.

“Saya kecewa, Islamofobia terasa mulai diterima sebagai sebuah kewajaran di negara kita,” kata Lori Szeszycki saat diwawancarai BBC News, 12 Maret 2017.

Meskipun tidak beragama Islam, langkah Szeszycki ini didukung keluarga terdekat. Awalnya, rekan kerja dan tetangga Szeszycki cukup terkejut dan ahkan mengira ia telah berpindah agama. Namun, setelah mengutarakan maksudnya, Szeszycki mendapatkan apresiasi dan dukungan.

Agak berbeda di lingkungan kerjanya. Secara kelakar, beberapa rekan guru memuji penampilan Szeszycki lebih cantik daripada biasanya. Namun, ada pula yang malah mulai menjauhi dia dan melontarkan stigma-stigma mengenai Muslim.

Sebagai seorang pendidik, Szeszycki merasa berkewajiban untuk menyuarakan pentingnya penghargaan terhadap keberagaman. Dia menilai, beberapa kebijakan Presiden Trump sangat mendiskriminasi umat Islam.

Misalnya perintah eksekutif yang melarang imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim untuk memasuki wilayah AS. Menurut Szeszycki, kebijakan ini sangat kentara tebang pilih dan diskriminatif. Sebab, tudingan negara-negara tersebut sebagai sumber terorisme tidak berdasarkan fakta, melainkan kecenderungan politik Donald Trump.

Akhirnya, kebijakan ini berdampak pada komunitas Muslim di AS. Mereka merasa menjadi seakan-akan orang asing di negeri sendiri. “Saya begitu khawatir dengan (dampak) kebijakan pelarangan masuk itu karena bisa menarget komunitas-komunitas beragama di Amerika sendiri,

Dia menceritakan, beberapa keluarga Muslim yang menjadi tetangganya merasa sentimen anti-Islam menguat sejak Trump menjadi presiden AS. Padahal, lanjut Szeszycki, kawasan tempat tinggalnya termasuk yang kuat tradisi toleransinya di Negeri Paman Sam.

Dengan mengenakan hijab, Szeszycki berharap mampu mengajak orang-orang di sekitarnya untuk tidak melihat perbedaan sebagai stigma. “Ini adalah wujud solidaritas. Saya tinggal di kawasan tenggara Chicago. Di sini, ada sebuah masjid, jaraknya kira-kira tiga mil dari rumah saya. Di lingkungan tempat tinggal saya, sekolah tempat saya mengajar, banyak keluarga Muslim Amerika. Begitu juga, saya banyak berinteraksi dengan para orang tua Muslim,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement