REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan operasi militer pembebasan kota Mosul dari kelompok bersenjata ISIS telah mencapai tahap akhir. Dalam sebuah konferensi pers pada Selasa malam waktu setempat, dia mengancam para anggota ISIS untuk segera menyerah atau harus meregang nyawa.
Sejak melancarkan serangan untuk merebut kembali Mosul pada Oktober lalu, pasukan pemerintah telah berhasil mengusir ISIS dari bagian timur kota yang terbelah dua oleh Sungai Tigris tersebut. Kini mereka terus maju ke area barat.
Kota terbesar kedua di Irak tersebut merupakan benteng pertahanan besar terkahir ISIS, sebuah kelompok yang mendeklarasikan berdirinya negara kekhalifahan di daerah yang membentang dari Irak sampai ke Suriah pada 2014. ISIS pertama kali menyatakan hal tersebut di masjid agung kota Mosul.
"Pertempuran kini telah mencapai tahap-tahap akhir. Daesh terus terdesak, terkepung di sebuah wilayah kecil. Mereka kini hanya bisa menghitung hari-hari terakhir," kata Abadi. Daesh adalah akronim lain ISIS dalam bahasa Arab.
Abadi berjanji pemerintah akan memperlakukan keluarga anggota ISIS dengan baik. "Biar saya jelaskan, kami akan menjaga keluarga Daesh yang merupakan warga sipil. Namun kami tetap akan menghukum para teroris dan mereka harus menjalani sidang perdilan jika menyerah," kata dia.
"Mereka sudah terkepung, dan jika mereka tidak menyerah, maka mereka akan terbunuh," kata Abadi.
Abadi mengatakan dirinya akan mengunjungi Washington dan bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membicarakan perang ini. Amerika Serikat selama ini memang menyediakan bantuan dari udara dan juga persenjataan dalam operasi pembebasan Mosul.
Namun di sisi lain, operasi militer itu juga memakan korban yang tidak sedikit. Ratusan ribu warga terpaksa mengungsi dari rumahnya sejak tahun lalu.
Data dari Organisasi Internasiona untuk Migrasi (IOM) menunjukkan jumlah orang yang lari dari rumahnya sejak operasi pembebasan Mosul dimulai pada Oktober lalu telah melampaui angka 206 ribu jiwa pada pekan lalu, meningkat tajam dari 164 ribu pada 26 Februari lalu.
Jumlah itu diperkirakan akan naik kembali. PBB pada bulan lalu memperingatkan lebih dari 400 ribu orang yang merepresentasikan lebih dari setengah dari populasi tersisa di Mosul barat akan mengungsi.