REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekitar dua juta anak di Afghanistan saat ini diperkirakan tidak dapat bersekolah akibat konflik dan kekerasan yang terjadi di negeri itu. Tak hanya itu, lebih dari seribuan sekolah juga terpaksa ditutup lantaran situasi keamanan yang kian tidak menentu selama beberapa tahun terakhir.
Kementerian Pendidikan Afghanistan mengungkapkan, saat ini terdapat 17.482 sekolah yang terdaftar sebagai lembaga pendidikan resmi di negara itu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.006 di antaranya tidak lagi beroperasi karena berbagai alasan, salah satunya karena masalah keamanan.
Melihat Penderitaan dan Keberanian Anak-Anak Suriah
Juru bicara Kementerian Pendidikan Afghanistan, Mujib Meherdad mengatakan, mayoritas sekolah yang berhenti beroperasi itu memang terletak di daerah-daerah konflik. “Menurut catatan kami, ada 9,2 juta siswa yang terdaftar di sekolah-sekolah seluruh Afghanistan. Namun, sebanyak 2 juta dari mereka kini tidak lagi datang ke sekolah secara permanen,” ujarnya seperti dikutip World Bulletin, Rabu (15/3).
Sejumlah organisasi pemantau telah lama menyampaikan kritik terhadap para milisi dan Angkatan Bersenjata Nasional Afghanistan karena menggunakan gedung sekolah sebagai pos militer mereka.
Belum lama ini, seorang agen mata-mata Afghnistan pun mengakui, ada senjata api dan amunisi dalam jumlah besar yang disimpan dalam bangunan sekolah yang berada sekitar 161 km dari ibu kota Kabul. Direktorat Keamanan Nasional Afghanistan dalam satu pernyataannya juga mengatakan, ada tujuh peluncur roket, empat senapan mesin berat, dua AK-47, 16 perangkat komunikasi, ribuan amunisi, dan uang tunai sejumlah 110 ribu dolar AS yang ditempatkan di sebuah sekolah di Kota Jalalabad, Provinsi Nangarhar.