Kamis 16 Mar 2017 08:57 WIB

Amerika Tuntut Intelijen dan Hacker Rusia Terkait Peretasan Yahoo

Rep: dyah ratna meta novia/ Red: Ani Nursalikah
Pegawai Departemen Kehakiman AS memasang poster terduga peretas Rusia sebelum konferensi pers bersama Divisi Keamanan Nasional FBI dan Kantor Jaksa Agung di Washington, 15 Maret 2017.
Foto: REUTERS/Yuri Gripas
Pegawai Departemen Kehakiman AS memasang poster terduga peretas Rusia sebelum konferensi pers bersama Divisi Keamanan Nasional FBI dan Kantor Jaksa Agung di Washington, 15 Maret 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Amerika Serikat menuntut dua intelijen Rusia dan dua peretas dengan tudingan menjadi dalang pencurian 500 juta akun Yahoo pada 2014. Pemerintah AS telah menuntut mata-mata Rusia karena serangan siber.

Tuntutan dilakukan karena ada tudingan Kremlin mendalangi pembajakan pemilihan presiden di AS pada 2016. Terdapat adanya kemungkinan hubungan antara para tokoh Rusia dengan rekan Presiden Donald Trump. Terdapat ketidakpastian apakah Trump mau merespons agresi Moskow baik di dunia maya maupun di mana saja.

Tuduhan Departemen Kehakiman terhadap intelijen Rusia dan peretas Rusia antara lain konspirasi, penipuan dan penyalahgunaan komputer, memata-matai ekonomi, pencurian rahasia perdagangan, penipuan jaringan, penipuan perangkat akses dan pencurian identitas.

Ini semua menggambarkan bagaimana layanan keamanan Rusia bekerja sama dengan para peretas. Para peretas membantu mata-mata Rusia untuk mencapai tujuan intelijen dan mendapatkan uang.

Pejabat Asisten Jaksa Agung Mary McCord mengatakan, perilaku kriminal peretas seharusnya dipermasalahkan. "Namun malah difasilitasi oleh FSB saat melakukan kejahatan siber, ini sudah di luar batas," katanya, Rabu (15/3).

Federal Security Service (FSB) merupakan pengganti agen Rusia KGB. Yahoo mengatakan, peretasan yang dilakukan pada September lalu merupakan peretasan yang disponsori oleh negara.

Tuntutan terhadap intelijen dan peretas Rusia tak terkait dengan pembajakan email-email Partai Demokrat selama pemilihan presiden 2016. Agen intelijen AS mengatakan, operasi pembajakan saat pemilihan presiden AS dilakukan oleh para mata-mata Rusia termasuk FSB. Ini dilakukan untuk membantu Trump jadi Presiden AS.

Tuduhan Departemen Kehakiman tersebut menyebut nama anggota FSB antara lain Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin. Keduanya ada di Rusia.

Dokuchaev ditangkap dengan tuduhan pengkhianatan pada Desember lalu, menurut kantor berita Rusia Interfax.

Tuduhan Departemen Kehakiman juga menyebut nama peretas Alexsey Belan. Belan merupakan penjahat siber yang paling diincar oleh FBI. Ia ditangkap di Eropa pada Juni 2013 namun melarikan diri ke Rusia sebelum bisa diekstradisi ke AS.

Tuduhan itu juga menyebut nama Karim Baratov yang lahir di Kazakhstan namun memiliki kewarganegaraan Kanada. Departemen Kehakiman mengatakan, Baratov ditangkap di  Kanada selasa lalu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement