REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Komite Senat menolak klaim penyadapan Presiden Donald Trump yang diklaim terjadi saat masa kampanye, Kamis (16/3). Trump mengklaim presiden terdahulu, Barack Obama memerintahkan pernyadapan terhadap percakapan teleponnya.
Pernyataan Senator Richard Burr mengatakan tidak ada indikasi Presiden Donald Trump disadap sebelum dan sesudah pemilu. Burr adalah Kepala Komite Intelijen Senat. Pernyataan dikeluarkan olehnya dan Wakil Kepala Komite Intelijen Mark Warner.
"Berdasarkan informasi yang kami terima, tidak ada indikasi Trump Tower jadi subjek mata-mata elemen mana pun di pemerintahan AS, baik sebelum maupun sesudah Pemilu 2016," kata mereka dalam pernyatan bersama, dilansir BBC.
Meski demikian, Gedung Putih tetap pada klaim yang sama dengan Trump. Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer mengatakan Trump tetap pada klaimnya. "Ia mempertahankannya," kata Spicer dalam jumpa pers pada Kamis.
Baca: FBI dan NSA akan Bersaksi Terkait Klaim Penyadapan Trump
Spicer juga menolak laporan Komite Intelijen Senat dan menyebutnya bukan temuan. Pada hari yang sama, House Speaker, Paul Ryan menyatakan klaim yang sama dengan Senat. "Tidak ada penyadapan seperti itu," katanya.
Pada Rabu, Trump mengatakan pada Fox News penyadapan terhadapnya meliputi banyak hal berbeda. Ia mengindikasikan detail lebih banyak soal tuduhan aksi mata-mata akan diungkap dalam beberapa pekan ke depan.
"Penyadapan meliputi banyak hal berbeda, saya rasa Anda akan menemukan beberapa yang sangat menarik dalam dua pekan kedepan," kata dia.
Hingga saat ini, yang mendukung klaim Trump hanya Gedung Putih. Namun mereka pun tidak memberikan bukti klaim Trump.
Gedung Putih lebih memilih meminta Kongres untuk menyelidiki tuduhan tersebut. Sementara, beberapa pihak yang menyangkal klaim Trump diantaranya Barack Obama, direktur FBI, mantan direktur Intelijen Nasional, mantan direktur CIA, dan yang tersebut diatas.