Jumat 17 Mar 2017 17:14 WIB

Pengadilan Eropa Bolehkan Larangan Jilbab, Erdogan: Di Mana Simbol Kebebasan?

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan status darurat selama tiga bulan, Rabu (20/7), menyusul kudeta gagal pekan lalu.
Foto: Kayhan Ozer/Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menetapkan status darurat selama tiga bulan, Rabu (20/7), menyusul kudeta gagal pekan lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding pengadilan Uni Eropa telah memulai pergulatan antara "Salib dan Bulan Sabit Muslim". Hal itu disampaikan Erdogan menyusul keputusan pengadilan Eropa yang mengizinkan perusahaan untuk melarang stafnya mengenakan jilbab.

"Di mana simbol kebebasan? Mereka memulai pertarungan antara salib dan bulan sabit. Tidak ada penjelasan lain dibandingkan hal ini. Saya menyatakan ini dengan tegas: Eropa sedang mengarah ke hari-hari jelang Perang Dunia II," ujar Erdogan dalam sebuah kampanye referendum konstitusi di Sakarya seperti dikutip Hurriyet Daily, kemarin.  

Pengadilan Kehakiman Eropa pada 14 Maret lalu mengizinkan perusahaan untuk melarang stafnya mengenakan jilbab.

Terkait dengan kemenangan PM Belanda Mark Rutte dalam pemilihan umum, Erdogan  mengatakan krisis diplomatik kedua negara telah merusak kerja sama saling menguntungkan. "O Rutte! Anda mungkin berada posisi pertama di pemilihan, namun Anda telah kehilangan teman seperti Turki," ujar Erdogan.

Baca juga, Turki Segel Kedutaan Besar Belanda.

Hubungan Turki dan Belanda memanas menyusul keputusan Den Haag melarang diplomat Ankara menggelar kampanye di sejumlah wilayah di Belanda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement