Sabtu 18 Mar 2017 11:35 WIB

Kondisi Cuaca Abnormal Sebabkan Bencana Alam Besar di Peru

Rep: Crystal Liestia P/ Red: Indira Rezkisari
Ibu dan anaknya ditarik menggunakan tali untuk memindahkan dari tempat tempat banjir di Lima, Peru, (17/3).
Foto: AP
Ibu dan anaknya ditarik menggunakan tali untuk memindahkan dari tempat tempat banjir di Lima, Peru, (17/3).

REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Sebuah pemanasan mendadak dan abnormal di perairan Pasifik di Peru telah menyebabkan hujan mematikan dalam beberapa dekade. Kondisi ini menyebabkan tanah longsor dan banjir bandang akibat luapan sungai yang deras menyapu orang, menyumbat jalan raya dan menghancurkan semua tanaman. Ini merupakan tanda potensi pola El Nino global tahun ini.

Setidaknya 62 orang tewas dan lebih dari 70 ribu telah menjadi tunawisma saat musim hujan Peru kali ini.  Ini karena curah hujannya 10 kali lebih banyak dari biasanya.

"Sekitar setengah dari Peru telah dinyatakan dalam keadaan darurat untuk mempercepat sumber daya ke daerah-daerah paling terpukul, terutama di bagian utara di mana curah hujan telah memecahkan rekor di beberapa daerah," kata Perdana Menteri Fernando Zavala, Jumat (17/3).

Seorang ilmuwan dari komite El Nino Peru Dimitri Gutierrez menjelaskan ini merupakan sebuah fenomena El Nino lokal, pemanasan suhu permukaan laut di Pasifik. Kemungkinan akan terus terjadi di sepanjang pantai utara Peru setidaknya hingga April mendatang. Bahkan, menurut dia El Nino lokal di Peru cenderung diikuti oleh fenomena El Nino global, yang dapat memicu banjir dan kekeringan di berbagai negara.

Sementara itu Badan Cuaca AS telah menempatkan peluang El Nino berkembang di paruh kedua 2017 sekitar 50-55 persen. Beberapa ilmuwan mengatakan perubahan iklim akan membuat El Nino lebih sering dan intens.

Selama ini curah hujan di Peru belum melebihi kuatnya El Nino yang terjadi pada tahun 1998. Di mana pada saat itu lebih banyak hujan yang jatuh dalam periode waktu yang lebih singkat dan dengan cepat memenuhi jalan-jalan dan sungai.

"Kami belum pernah melihat hal seperti ini sebelumnya. Dari satu saat ke saat berikutnya, suhu air laut naik dan angin yang menjaga curah hujan mencapai tanah mereda." kata Jorge Chavez, seorang jenderal yang bertugas mengoordinasikan tanggapan pemerintah.

Chaves menilai Peru harus memikirkan kembali infrastruktur untuk mempersiapkan potensi tropikalisasi dari pantai padang pasir utara, yang diperkirakan suhunya akan naik.

"Kita perlu membuat jembatan lebih banyak dan lebih baik, kita perlu jalan raya dan kota dengan sistem drainase. Kita tidak bisa mengandalkan prediksi alam," ujarnya.

Saat ini banyak jembatan ambruk akibat luapan sungai. Banyak hewan ternak yang terbawa arus hingga ke pantai. Dan banyak warga terpaksa membangun tempat tinggal darurat di dataran banjir yang telah kering selama 20 tahun.  

Sementara wali kota Nuevo Chimbote, Valentin Fernandez mengaku kotanya lumpuh. Tidak ada aliran listrik, air minum dan angkutan umum, karena jalanan banjir, dikutip dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement