REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Calon kanselir Jerman dari Partai Sosial Demokrat, Martin Schulz mengatakan pihaknya akan mengeluarkan program non populis jika partainya memenangkan pemilu federal pada September mendatang. Schulz pun mengecam kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang dinilai rasis.
Dalam pidatonya pada Ahad (19/3), Schulz menyalahkan munculnya kebijakan populis sebagai penyebab kesenjangan antara masyarakat kelas menengah-pekerja dengan masyarakat kaya. Sebagaimana dilansir dari BBCNews, Senin (20/3), Schulz berencana menerapkan kebijakan pemotongan pajak dan meningkatkan pengeluaran pertahanan dengan mengorbankan program-program kesejahteraan.
Dalam pidatonya, Schulz juga menyinggung tentang kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang disebut rasis dan antidemokrasi. Sebagai pemimpin parlemen Uni Eropa, dia menegaskan bahwa akan selalu berada di pihak yang mengutamakan kebijakan persatuan.
"Orang-orang pun menilai saya merupakan lawan yang diperhitungkan," tegasnya.
Berdasarkan jajak pendapat, partai Sosial Demokrat yang mengusung Schulz mendapat sambutan baik oleh masyarakat. Sambutan ini sama baiknya dengan kandidat dari Parrai Kristen Demokrat, Angela Merkel. Merkel sendiri mencalonkan diri untuk jabatan kanselir yang keempat kalinya.
Sekretaris Jenderal Partai Sosial Demokrat, Katarina Barley, mengatakan partai telah melihat 13.000 anggota baru bergabung pada tahun ini. Katarina menegaskan jika Schulz adalah satu-satunya kandidat calon ketua partai.
Schulz telah menerima dukungan mencapai 100 persen dari delegasi partai. Pria 61 tahun itu berasal dari wilayah Aachen yang berbatasan dengan Belanda dan pernah menjadi pesepakbola profesional.