REPUBLIKA.CO.ID, ALJAZAIR -- Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika mengatakan, negara Afrika Utara tersebut masih menolak campur-tangan asing sebagai pilihan untuk mencapai setiap penyelesaian bagi konflik di wilayah itu, Ahad (19/3). Sebab, kata Bouteflika, itu akan mengarah kepada kekacauan lebih jauh dan bukan menyelesaikan krisis.
Pernyataan Bouteflika dikeluarkan dalam pertemuannya dengan Abdelkader Messahel, menteri urusan Maghribi, Uni Afrika dan Liga Arab, di kantornya.
Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan oleh Kantor Presiden, mengatakan bahwa Bouteflika diberi laporan menyeluruh mengenai situasi dan perkembangan terkini di wilayah Arab dan Afrika termasuk di Sahel, Mali, dan Libya.
Presiden Aljazair itu memberi panduan mengenai penyelesaian konflik, terutama di Libya, demikian laporan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Senin (20/3) siang.
Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa panduan lain ialah penanganan tantangan dalam perang melawan terorisme.
Menurut Bouteflika, pembicaraan perdamaian dan perundingan politik antara semua pihak yang berperang mesti ditingkatkan sebagai satu-satunya cara memulihkan perdamaian dan keamanan.
Aljazair telah melancarkan upaya diplomatik untuk mendorong dialog perdamaian di Libya dan Mali, dua negara tetangga Aljazair yang dicabik perang.