Selasa 21 Mar 2017 13:50 WIB

Senator Demokrat Yakin Trump Mundur dari Kursi Presiden, Ini Alasannya

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senator Demokrat Diane Feinstein menyarankan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar mengundurkan diri sebelum dipaksa keluar dari Gedung Putih.

Feinstein melihat ada potensi tersebut setelah pengunjuk rasa anti-Trump di Los Angeles menuntut agar Kongres memakzulkan Trump. "Ada banyak orang yang melihat ke dalam hal ini. Saya pikir dia akan mendapatkan dirinya mundur," ujar Senat yang duduk di Komite Kehakiman itu seperti dikutip Independent.

Selain itu Feinstein juga melihat beberapa potensi konflik kepentingan yang mengelilingi kerajaan bisnis Trump. Tapi ia enggan mengatakan apakah dia melihat Trump telah melakukan sesuatu yang layak dimakzulkan. "Saya tidak bisa menjawab itu sekarang," katanya.

Ia juga mencurigai perjalanan bisnis kedua putra Trump, Donald Jr. dan Eric ke Dubai untuk membuka klub golf baru dibiayai oleh pemerintah. Dan dia menegaskan hal itu tidak boleh dilakukan.

Bahkan saat ini ia mengaku sedang menggodok RUU yang berkenaan dengan hal tersebut. RUU itu akan fokus pada beberapa tagihan yang akan berurusan dengan konflik kepentingan.

Tidak hanya Feinstein, beberapa ahli juga berpikir hal yang sama, bahwa Trump suatu saat akan mundur atau dimakzulkan. Salah satunya Allan Litchmann yang dijuluki sebagai profesor futuristik karena prediksinya untuk pemilu AS selalu tepat sejak 1984. 

Baca juga,  Tanggapan Muslim AS Atas Kemenangan Trump.

Sebelumnya, dalam unjuk rasa besar di Los Angeles, demonstran meminta agar Trump mengundurkan diri. "Kami tahu dia melanggar hukum setiap hari. Dia memiliki hubungan yang jelas dengan Rusia. Ada begitu banyak hal yang dia lakukan yang inkonstitusional. Bagaimana kita akan mendapatkan dia keluar?" demikian yang diteriakkan para pengunjuk rasa.

Sejarah pemakzulan oleh Kongres pernah terjadi di AS, yang menimpa Presiden Andrew Johnson dan Bill Clinton. Akan tetapi keduanya dibebaskan oleh Senat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement