REPUBLIKA.CO.ID,BRASILIA -- Sejumlah konsumen terbesar daging merah Brasil telah menangguhkan impor, setelah muncul dugaan bahwa perusahaan daging Brasil telah menjual produk yang tidak aman selama bertahun-tahun. Cina telah melarang impor daging merah dari Brasil, sementara Uni Eropa mengatakan akan berhenti membeli daging dari perusahaan yang terlibat dalam skandal.
Industri daging berperan penting dalam perekonomian Brasil, dengan ekspor senilai lebih dari 12 miliar dolar AS atau sekitar Rp 156 triliun per tahun. Pemerintah Brazil telah melakukan berbagai upaya untuk menghindari larangan total atau parsial pada impor daging dari negara lain.
Presiden Brasil Michel Temer mengadakan pertemuan darurat pada akhir pekan lalu. Ia bahkan mengundang diplomat asing ke rumah pemotongan daging pada Ahad (19/3) malam untuk mencoba meyakinkan mereka.
"Pemerintah Brazil menegaskan kembali kepercayaan kepada kualitas produk nasional yang telah memenangkan banyak konsumen dan memperoleh persetujuan dari pasar," kata Temer.
Namun upaya itu sia-sia. Cina, Uni Eropa, Korea Selatan, dan Cili telah mengumumkan pembatasan produk daging Brasil. Negara-negara itu membeli hampir sepertiga dari ekspor daging Brasil pada 2016. Brazil adalah eksportir daging merah dan unggas terbesar di dunia.
Skandal terungkap setelah polisi federal Brasil melakukan operasi besar, pada Jumat (17/3) lalu. Polisi menemukan bukti bahwa perusahaan pengemas daging telah menjual daging busuk.
Polisi menangkap sedikitnya 30 orang yang berperan dalam praktik ilegal itu. Pemerintah juga menangguhkan 30 pegawai negeri sipil, yang seharusnya melakukan pengawasan terhadap pengemasan daging dan mendakwa mereka dengan tuduhan korupsi.
Operasi diluncurkan polisi federal Brasil setelah dua tahun investigasi. Polisi federal melakukan penggerebekan di 194 lokasi dan mengerahkan lebih dari 1.000 petugas.
Tiga perusahaan pengemasan daging telah ditutup dan 21 lainnya sedang diselidiki. Menurut Temer, perusahan yang melakukan skandal hanya sebagian kecil dari industri daging Brasil.
"Hanya 21 dari 4837 unit di Brasil yang berada di bawah pemeriksaan pemerintah dan menghadapi dugaan penyimpangan. Dan hanya enam dari mereka telah melalukan ekspor dalam 60 hari terakhir," kata Temer, pada pertemuan dengan diplomat asing, Ahad (19/3), dikutip BBC.
Para pakar menyatakan, beberapa manajer perusahaan menyuap inspektur kesehatan untuk mendapatkan sertifikat pemerintah untuk produk mereka. Mereka memperkirakan ada lebih dari 30 perusahaan yang melakukan praktik tidak higienis, termasuk perusahaan eksportir daging sapi terbesar, JBS, dan produsen unggas top dunia, BRF.
"Mereka menggunakan asam dan bahan kimia lainnya untuk menutupi kekurangan produk. Dalam beberapa kasus, produk yang digunakan adalah karsinogenik," kata polisi.