Rabu 22 Mar 2017 00:18 WIB

Sekolah di Selandia Baru tak Bedakan Seragam

Rep: Puti Almas/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah siswa Sekolah Islam Al-Madinah di Auckland, Selandia Baru, tengah belajar bersama.
Foto: al-madinah.school.nz
Sejumlah siswa Sekolah Islam Al-Madinah di Auckland, Selandia Baru, tengah belajar bersama.

REPUBLIKA.CO.ID, DUNEDIN -- Sebuah sekolah dasar di Dunedin, Selandia Baru telah menghapus aturan pemakaian seragam yang dibedakan atas jenis kelamin. Baik murid laki-laki maupun perempuan akan menggunakan pakaian yang sama.

Sebelumnya, aturan pemakaian seragam dibagi atas murid laki-laki menggunakan celana dan perempuan dengan rok. Namun, kini sekolah itu kini menerapkan bahwa semua siswa siswi dapat mengenakan pakaian yang sesuai untuk mereka masing-masing.

Aturan ini dipertimbangkan setelah beberapa keluhan datang dari siswi yang tidak menyukai penggunaan rok. Alasannya adalah mereka merasa risih dan sebagian juga ingin dapat bergerak bebas seperti anak laki-laki dengan celana.

Sekolah itu pada akhirnya menyetujui permintaan anak perempuan yang ingin menggunakan celana sebagai seragam. Meski demikian, tak sedikit yan khawatir bahwa nantinya para siswi akan tertarik untuk bersifat seperti laki-laki secara lebih lanjut.

"Kami menerapkan perubahan ini sedikit seperti hukuman, bahwa para siswi yang ingin memakai celana harus sepenuhnya tampil dengan seragam murid laki-laki," ujar kepala sekolah dasar Dunedin Utara, Heidi Hayward, dilansir The Guardian, Selasa (21/3).

Ia menuturkan hal itu nantinya dapat membuat anak perempuan yang sadar bertanya-tanya apakah dirinya pantas tampil sama seperti murid laki-laki. Karena itu, sekolah tetap memberlakukan aturan bahwa rok tetap menjadi bagian dari seragam, termasuk celana pendek, panjang, serta dengan model kulot.

"Sejauh ini tidak ada laki-laki yang memilih untuk menggunakan rok dan kami yakin mereka semua baik-baik saja," jelas Hayward.

Aturan ini juga berlaku menyusul sejumlah sekolah di Inggris memperkenalkan kebijakan seragam 'netral' pada 2016 lalu. Meski demikian, Hayward menekankan di sekolahnya tetap ada perbedaan bagi laki-laki dan perempuan secara mendasar.

"Kami tetap memiliki toilet terpisah antara laki-laki dan perempuan, karena ini sangat penting dan kami hanya memberlakukan aturan pakaian dengan alasan kenyamanan murid," kata Hayward.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement