REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Korea Utara (Korut) kembali melakukan peluncuran rudal balistik, Rabu (22/3). Namun, Kementerian Pertahanan Korea Selatan (Korsel) mengatakan tampaknya peluncuran kali ini menemui kegagalan.
Rudal tersebut dilaporkan meledak beberapa detik setelah peluncuran. Seperti ditulis BBC, Korut diyakini menembakkan satu rudal dari dekat wilayah pesisir timur Wonsan. Meski uji coba tersebut gagal, namun langkah ini disebut dapat membuat kemajuan teknologi senjata nuklir oleh negara terisolasi itu.
Pada awal bulan ini, Korut tercatat menembakkan empat rudal. Masing-masing diyakini dapat terbang hingga menjangkau jarak 1.000 kilometer atau 620 mil dan mendarat di perairan Jepang.
Negara yang dipimpin Kim Jong-un itu juga dikatakan melakukan peluncuran rudal kali ini sebagai langkah balasan latihan militer rutin yang diadakan Korsel dan Amerika Serikat (AS). Kedua negara tersebut selama ini menjadi musuh Korut dan dipandang melakukan kegiatan itu sebagai antisipasi atas ancaman nuklir.
Korut selama ini diyakini mengembangkan teknologi rudal balistik yang menjangkau antar benua, di mana dapat menembus hingga wilayah AS. Sebelumnya, negara itu mengklaim telah berhasil memuat miniatur hulu ledak nuklir dalam rudal.
Pada 19 Maret lalu, Kim Jong-un mengatakan Korut sukse melakukan tes mesin berkemampuan tinggi yang diyakini berkaitan dengan rudal. Mesin dikembangkan di stasiun peluncuran roket Tongchang-ri.
Sepanjang 2016 lalu, Korut juga tercatat melakukan uji coba perangkat nuklirsebanyak lima kali. Diantaranya selain rudal adalah bom hidrogen dan setelit. Kim Jong-un juga mengatakan bahwa dalam waktu dekat dunia dapat melihat keberhasilan yang dicapai Korut.
Selama 20 tahun terakhir, AS dan sejumlah negara dalam Dewan keamanan PBB juga telah berupaya membuat Korut menghentikan program nuklir mereka. Sejak 2006 lalu, seluruh negara anggota telah diminta untuk menegakkan sanksi serta melipatgandakan upaya mencegah tindakan itu kembali terjadi.
Meski demikian, Korut mengatakan tidak khawatir dengan pemberian sanksi yang diberikan AS dan negara anggota Dewan Keamanan PBB lainnya. Diantara sanksi itu adalah sanksi ekonomi dengan tidak dimasukkan dalam daftar sistem finansial global.
Wakil Duta Beaar Korut untuk PBB, Choe Myong Nam mengatakan bahwa Korut akan terus mengembangkan kemampuan nuklir negara itu yang menjangkau antar benua. Ia juga menekankan bahwa pemberian sanksi terhadap negaranya hanyalah sebuah sikap tidak manusiawi.
"Selama setengah abad ini kami tetap bisa menjalani kehidupan negara kami dengan baik. Karena itu, kami akan terus memperkuat kemapuan pertahanan yang diperlukan," ujar Choe Myong Nam.
Sebelumnya AS mengatakan tidak yakin bahwa Korut saar ini memiliki kemampuan untuk memasang hulu ledak nuklir dalam misil. Namun, negara itu diyakini akan terus mengembangkan teknologi untuk membuat hal itu menjadi nyata.
Bersama dengan Korsel, AS juga membuat sistem pertahanan anti rudal yang dikenal sebagai High Altitude Area Defense (THAAD). Rencananya, penyebaran sistem ini dilakukan di wilayah Semenanjung Korea.
Namun, Cina sebagai sekutu Korut menentang penyebaran THAAD. Negara itu menilai sistem radar yang ada dari program itu dapat menembus teritori mereka dan tentynya menimbulkan kerugian.