REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Dua dari lima warga Korea Utara (Korut) kurang gizi. PBB mengatakan lebih dari 70 persen dari populasi menggantungkan diri pada bantuan makanan.
Dalam laporan terbarunya, PBB mengatakan sebagian besar warga Korut juga kurang akses ke perawatan dasar kesehatan atau sanitasi. Diare dan pneumonia menjadi dua penyebab utama kematian anak di bawah usia lima tahun.
Seperti dilansir BBC, Kamis (23/3), kebutuhan bantuan kemanusiaan diperburuk dengan bencana seperti banjir yang kerap melanda dan kekeringan.
"Di tengah ketegangan politik, diperkirakan 18 juta warga Korut terus menderita akibat tidak tersedianya makanan dan kurang gizi, begitu juga dengan kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dasar," kata laporan PBB.
"Lebih jauh lagi, 10,5 juta warga atau 41 persen dari populasi mengalami kurang gizi," katanya.
Korut yang terisolasi mempunyai populasi sekitar 25 juta orang. Korut mengalami kekurangan makanan selama bertahun-tahun.
Ratusan ribu orang diyakini meningal selama kelaparan yang luas pada 1990-an. PBB menyebut situasi itu membaik setelah bantuan kemanusiaan datang.
Namun, dua pertiga warga Korut masih tergantung pada makanan yang dibagikan oleh negara. Menurut PBB, jatah makanan seperti sereal dan kentang telah dikurangi dari 380 gram per orang per hari menjadi 300 gram selama beberapa bulan tahun lalu.
"Fluktuasi adalah hal normal, tetapi jatah itu terus menurun dibanding sasaran pemerintah yang rata-rata 573 gram per orang per hari," kata PBB.
Korut mengalami sanksi berdasarkan resolusi PBB karena uji coba nuklir dan misil.