REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Militer Suriah bersama pasukan sekutunya berhasil merebut kembali sebuah desa di kota Hama dari pasukan pemberontak, Sabtu (25/3). Kendati demikian pertempuran sengit masih tetap terjadi antara militer Suriah dengan pasukan pemberontak.
Sebelum merebut sebuah sumber militer melaporkan bahwa pasukan Suriah bersama sekutunya, yakni pasukan Rusia dan Iran, telah memulihkan kondisi keamanan di kota Kawkab. "Operasi militer kemudian dilanjutkan ke lebih dari satu arah ke pedesaan di utara Hama," kata sumber militer.
Menurut militer Suriah, pasukan pemberontak sebelumnya memang bergerak menuju Hama. Mereka menguasai sekitar selusin kota dan desa-desa yang berada di sana.
Kemudian sejak awal pekan ini, pasukan pemerintah Suriah bersama sekutunya mulai memerangi pemberontak yang bermarkas di Hama. Kendati sempat terlibat pertempuran sengit, namun militer Suriah akhirnya bisa mendepak pasukan pemberontak dan merebut kembali kota dan desa di Hama.
Tak hanya di Hama, pada Sabtu (25/3) dini hari, pasukan Suriah dan sekutu juga menggempur pemberontak yang berada di provinsi Idlib melalui serangan udara. Adapun target dari serangan tersebut adalah sebuah penjara yang telah dikuasai pemberontak.
Menurut sumber militer Suriah, Idlib merupakan salah satu benteng terpenting bagi pasukan pemberontak, termasuk faksi jihad, yang berhasrat menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Adapun kelompok pemberontak yang berada di Idlib antara lain adalah Tentara Pembebasan Suriah (FSA), kelompok Islam Ahrar al-Sham, dan lainnya di bawah aliansi jihad Tahrir al-Sham.
Oleh sebab itu, militer Suriah, dibantu Rusia, mengerahkan pasukan udara untuk menyerang mereka. Dalam invasi udara pada Sabtu, setidaknya 16 orang tewas. Dua di antaranya adalah sipir penjara yang dikuasai pasukan pemberontak.
Selain Hama dan Idlib, pada Jumat (24/3), militer Suriah juga berhasil merebut kembali semua titik lokasi di daerah Jobar yang dikuasai pemberontak pada awal pekan ini. Lokasi Jobar sendiri berada di tepi timur laut Damaskus.
Konflik antara Suriah dengan pasukan atau milisi pemberontak telah berlangsung sekitar tujuh tahun. Kendati demikian, hingga saat ini belum terdapat tanda-tanda bahwa perang di negara tersebut akan berakhir.
Pemerintahan Assad sempat kehilangan kendali terhadap sejumlah daerah di Suriah karena dikuasai milisi pemberontak. Pada 2015 lalu, Rusia mulai turut campur dalam konflik Suriah. Menurut Rusia, pemerintah Suriah membutuhkan dukungan dan sokongan material secara langsung untuk menjamin kelangsungan rezim mereka.