Ahad 26 Mar 2017 10:27 WIB

Erdogan: Saya akan Gambarkan Eropa adalah Nazi Selama Saya Disebut Diktator

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan.
Foto: Reuters
Presiden Turki Reccep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan akan terus menyebut negara-negara Eropa sebagai Nazi selama ia selalu dituding sebaga diktator.

"Anda memiliki kebebasan untuk memanggil Erdogan diktator, tapi Erdogan tidak memiliki kebebasan untuk menyebut Anda seorang fasis atau Nazi. Jangan tersinggung, tapi saya akan terus menggunakan konsep yang sama untuk mereka selama mereka terus memanggil Erdogan diktator, "kata Erdogan dalam wawancara langsung dengan perwakilan Dogan TV Ankara Hakan Çelik ditayangkan di CNN Türk dan Kanal D pada 23 Maret seperti dikutip Hurriyet Daily News.

Erdogan menyayangkan pernyataan Presiden terpilih Jerman Frank-Walter Steinmeier yang menyerangnya. "Presiden Jerman Steinmeier membuat pernyataan menargetkan saya meskipun kami berteman baik. Saya menyesalkan pernyataannya. Saya berharap dia tidak pernah membuat pernyataan seperti itu," katanya.

Dalam pidato pertamanya, Steinmeier mengatakan Erdogan berisiko akan menghancurkan segala sesuatu yang telah dicapai Turki dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya hal ini ini bisa merusak hubungannya dengan mitra Turki.

Baca juga, Presiden Jerman: Erdogan Menaruh Turki dalam Risiko.

"Cara kita melihat (Turki) ditandai dengan kekhawatiran bahwa segala sesuatu yang telah dibangun selama bertahun-tahun dan dekade runtuh. Presiden Erdogan, Anda membahayakan segala sesuatu yang Anda dengan orang lain telah bangun," kata Steinmeier pada 22 Maret di pidato pelantikan.

Erdogan mengaku tidak berniat mengunjugi Jerman sebelum referendum. Sedangkan Steinmeier menyatakan bahwa negara-negara Eropa bisa menghadapi kejutan, tergantung pada hasil referendum 16 April nanti. 

Turki telah berulang kali menuduh Jerman menggunakan taktik Nazi untuk melarang kehadiran menterinya. Tirki juga menyebabkan kemarahan Jerman dengan menahan jurnalis  berdarah Jerman-Turki Deniz Yücel, karena telah menyebut Erdogan sebagai teroris pada lebih dari satu kesempatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement