REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Utara kembali melakukan uji coba mesin roket pada Jumat (24/3). Menurut informasi dari pejabat Amerika Serikat (AS) pada Senin (27/3), uji coba tersebut merupakan bagian dari program rudal balistik yang dikembangkan Korea Utara.
Sejumlah pejabat AS yang berbicara secara anonim mengatakan, pada Jumat (24/3) malam Korea Utara melakukan uji coba mesin roket yang diperkirakan akan digunakan untuk meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM).
Awal bulan ini, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengatakan negaranya telah melakukan sebuah uji coba mesin pendorong roket berdaya tinggi di stasiun peluncuran roket Tongchang-ri. Menurutnya, uji coba itu merupakan "kelahiran baru" dalam industri roket Korea Utara.
Di waktu yang sama, media resmi Korea Utara mengatakan mesin yang diuji coba adalah mesin peluncuran roket jenis baru untuk rudal jarak jauh. Uji coba tersebut juga dapat membantu Korea Utara mencapai kemampuan peluncuran satelit kelas dunia.
Jika berhasil dikembangkan, ICBM dapat mengancam benua Amerika yang terletak sejauh 9.000 km dari Korea Utara. ICBM memiliki jarak minimal sekitar 5.000 km, tetapi juga dirancang untuk terbang sejauh 10.000 km atau bahkan lebih jauh dari itu.
Negara komunis itu telah melakukan lima uji coba nuklir dan beberapa uji coba rudal balistik, dengan melanggar resolusi yang diberikan PBB.
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, mengatakan selama kunjungannya ke Asia bahwa militernya akan bersiaga, jika Pyongyang mengambil tindakan mengancam pasukan AS dan Korea Selatan. Pemerintahan Trump saat ini masih merundingkan kebijakan AS terkait Korea Utara.
AS mempertimbangkan sanksi yang bertujuan untuk menghentikan Korea Utara dari sistem keuangan global, sebagai bagian dari langkah untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Pyongyang.