REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres menyerukan kepada para pemimpin negara Arab untuk menyisihkan perbedaan guna menyelesaikan enam tahun konflik Suriah. Hal itu ia utarakan setelah mengunjungi kamp pengungsi Suriah di Yordania pada Selasa (28/3).
Guterres menilai persatuan negara-negara Arab memiliki peranan penting bagi terciptanya kembali kestabilan. "Dan untuk para pengungsi Suriah agar menemukan kembali masa depannya sesuai dengan aspirasi atau keinginan mereka," ungkapnya seperti dilaporkan laman Alaraby, Rabu (29/3).
Ketika menghadiri malam puncak pertemuan Liga Arab yang diselenggarakan di Yordania, Guterres juga mengatakan ketika negara-negara Arab terpecah, akan ada kemungkinan pihak lain mengintervensi dan memanipulasi situasi di Suriah. "Ketika negara-negara Arab terpecah, itu memungkinkan pihak lain untuk campur tangan dan memanipulasi situasi, menciptakan instabilitas, meruyak konflik, dan memfasilitasi kehiduoan organisasi teroris," ujar Guterres.
Ketika mengunjungi kamp pengungsi Suriah di Yordania, tepatnya di kota Zaatari, Guterres menemui dan bercengkerama dengan para pengungsi perempuan dan anak perempuan di sana. Kamp pengungsi di Zaatari adalah rumah bagi sekitar 80 ribu rakyat Suriah.
Pada kesempatan tersebut, Guterres juga menceritakan bagaimana kondisi rakyat Suriah saat mereka pertama kali tiba di kamp Zaatari yang disiapkan oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR). Menurut Guterres saat itu kondisi rakyat Suriah sangat memilukan. "Betapa menyedihkan dan mengerikannya (rakyat Suriah). Dan saat ini kita masih memiliki kamp Zaatari. Dan tragedi Suriah juga terus berlanjut," ucapnya.
UNHCR mencatat terdapat sekitar 630 ribu pengungsi Suriah di Yordania. Namun pemerintah Yordania mencatat terdapat 1,4 juta rakyat Suriah yang mengungsi di negara tersebut.
Dengan angka tersebut, Gutteres juga menyerukan dan mendesak masyarakat internasional untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Suriah. Baik yang berada di Yordania maupun negara-negara lainnya.