Rabu 29 Mar 2017 11:47 WIB

UNICEF: 22 Juta Anak Terancam Mati Kelaparan di Afrika

Sepertiga kematian anak di Afrika isebabkan kekurangan gizi.
Foto: ruthostrow.com
Sepertiga kematian anak di Afrika isebabkan kekurangan gizi.

REPUBLIKA.CO.ID, LAGOS -- Sedikitnya 22 juta anak di empat negara Afrika Timur menghadapi risiko kematian akibat penyakit dan kelaparan. Pada Selasa (28/7), UNICEF mendesak agar negara-negara donor dapat segera mengumpulkan 50 persen anggaran bantuan.

UNICEF menyatakan, jutaan anak-anak itu tersebar di Northern Nigeria, Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman. Mereka terancam mati karena gizi buruk sebagai akibat dari kekeringan dan konflik bersenjata yang terus menghancurkan kehidupan mereka.

Di Northern Nigeria, pemberontakan telah mencapai tahun ketujuh. Jutaan orang mengungsi dari rumah mereka dan puluhan ribu orang lainnya tewas.

Sementara kehidupan rakyat Somalia, Sudan Selatan, dan Yaman juga terganggu oleh konflik bersenjata yang telah merenggut ribuan nyawa. Konflik memberikan konsekuensi yang mengerikan terutama bagi perempuan dan anak-anak. 

“Anak-anak tidak bisa menunggu untuk kelaparan lagi sebelum kita mengambil tindakan. Kita belajar dari Somalia pada 2011, saat kelaparan diumumkan, tak terhitung berapa anak-anak yang sudah meninggal. Itu tidak bisa terjadi lagi.” ujar Direktur Program Darurat UNICEF, Manuel Fontaine, dikutip Anadolu.

UNICEF membutuhkan hampir 225 juta dolar AS untuk menyediakan makanan, air, layanan kesehatan, dan layanan pendidikan bagi anak-anak di negara-negara itu selama beberapa bulan. Sebesar 81 juta dolar AS dari dana itu akan digunakan untuk program gizi buruk anak-anak.

Selain itu, dana bantuan sebesar 53 juta dolar AS akan dialokasikan untuk layanan kesehatan. Sementara, lebih dari 47 juta dolar AS akan digunakan untuk program air bersih dan sanitasi untuk mencegah timbulnya penyakit diare yang mematikan.

“Sumber daya yang dibutuhkan selama beberapa bulan ke depan adalah total sebesar 712 juta dolar AS, meningkat lebih dari 50 persen dana bantuan bagi empat negara itu dibandingkan tahun lalu,” ungkap Fontaine.

Menurut dia, konflik bersenjata adalah penyebab utama krisis kemanusiaan yang menimpa anak-anak. Ia menyerukan adanya akses tanpa syarat, tanpa hambatan, dan berkelanjutan untuk anak-anak yang membutuhkan bantuan. Serta dapat menyerukan adanya penghentian pelanggaran hak-hak anak di negara-negara yang terkena dampak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement