REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Seorang polisi Muslim di Kepolisian North Chicago mengklaim dirinya dipecat setelah ia mengeluh menerima pernyataan Islamofobia dari rekan kerjanya. Ramtin Sabet diberhentikan dari Kepolisian North Chicago pada Februari lalu setelah rekan-rekannya menyebut Sabet sebagai pemimpin ISIS dan teroris.
Saat ini pria keturunan Iran itu tengah mengajukan gugatan terhadap Kepolisian North Chicago dan pemerintah setempat, The Independent, Rabu (29/3). Dalam gugatannya, Sabet menyebut pimpinannya tak melakukan apapun untuk menindaklanjuti keluhannya.
Sabet mengaku keluhannya juga sudah ia sampaikan ke Komisi Kesetaraan Pegawai. Termasuk aduan soal serangan terhadap agama, budaya, dan makanan yang ia konsumsi. ''Ini semua seperti tertutup kabut sejak lama,'' kata Sabet.
Saat melaksanakan harus menggenggam senjata saat bertugas, rekan-rekan kerjanya juga mengejek Sabet dengan sebutan teroris Muslim di depan publik. ''Saat saya memborgol seseorang, mereka terus mengejek saya sejak di lokasi hingga ke kantor polisi,'' ungkap Sabet.
Sabet bergabung dengan Kepolisian Chicago pada 2006 lalu. Kepolisian Chicago menuding Sabet membangkang karena menolak hadir dalam rapat internal. Namun, Sabet mengatakan rapat itu bukan untuk membahas keluhannya tapi ancaman pemberhentian karena keluhan Sabet dianggap mengada-ada.
Kantor Pemerintah Kota North Chicago membantah pihaknya melakukan diskriminasi. Kepolisian North Chicago membenarkan sempat menggelar rapat tersebut, namun mereka membantah melakukan tekanan.
Kepala Kepolisian Kota North Chicago mengatakan, Sabet diberhentikan karena melanggar aturan Kepolisian North Chicago. Pemerintah Kota bersama Kepolisian Kota North Chicago sendiri bertekad mempertahankan keputusan itu.