REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Seorang jenderal militer Amerika Serikat (AS) mengatakan, pasukan koalisi mungkin terlibat dalam serangan udara di Mosul barat pada 17 Maret lalu. Dalam serangan tersebut sekitar 100 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil, tewas.
Letnan Jenderal Stephen Towsend mengatakan AS telah melakukan operasi serangan udara di Mosul pada 17 Maret lalu. "Setidaknya ada kesempatan yang seimbang AS bertanggung jawab dalam kecelakaan perang yang tak disengaja itu," ujar Towsend seperti dilaporkan laman BBC.
Kendati demikian, Towsend menduga ISIS bisa saja mengelabui pasukan koalisi, yakni dengan sengaja meledakkan bangunan yang dihuni warga sipil ketika serangan udara tengah dilakukan.
Seorang saksi mata mengungkapkan ketika kejadian, milisi ISIS memaksa sekitar 140 warga Mosul masuk ke dalam sebuah bangunan. Mereka dimanfaatkan sebagai perisai perang untuk melawan pasukan koalisi.
Kendati demikian, seorang kepala staf militer AS, Jenderal Mark Milley menegaskan tewasnya warga sipil Mosul ketika serangan udara memang mungkin dilakukan pasukan koalisi. "Ada kemungkinan serangan udara koalisi melakukannya," kata dia.
Namun, militer Irak membantah tewasnya warga sipil di Mosul disebabkan oleh serangan udara pasukan koalisi. Menurut mereka tidak ada tanda-tanda warga tewas akibat serangan. Tetapi, karena ledakan bom yang dipasang di sebuah mobil.
Amnesty International telah merilis sebuah laporan terkait hal ini. Dalam laporannya, mereka menuduh pasukan koalisi, yakni AS dan Irak, telah gagal dalam mengambil tindakan preventif dalam mencegah jatuhnya korban luka atau tewas pada warga sipil, khususnya dalam pertempuran di Mosul.
Namun, Stephen Towsend menegaskan pasukan koalisi tidak pernah menargetkan warga sipil dalam pertempuran melawan ISIS. "Meskipun mitra kami dan pasukan koalisi melakukan kesalahan yang mungkin merugikan warga sipil, tapi kami tidak pernah menjadikan mereka target. Tidak sekali pun," ujarnya.