REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Kabinet Israel menyetujui pembangunan permukiman Yahudi pertama di Tepi Barat setelah dua dekade, pada Kamis (30/3). Pembangunan tetap disetujui bahkan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan negoisasi dengan Washington terkait pembatasan aktivitas permukiman.
Kabinet Israel mendapatkan dukungan dengan suara bulat untuk membangun pemukiman di wilayah Emek Shilo. "Saya berjanji, kami akan membangun pemukiman baru. Kami akan menetapkannya hari ini," kata Netanyahu di hadapan wartawan, Kamis (30/3).
Hasil pemungutan suara di kabinet telah diumumkan dalam sebuah pernyataan resmi yang dikeluarkan pemerintah Israel. Namun, para pejabat Palestina segera mengecam keputusan itu.
"Pengumuman hari ini sekali lagi telah membuktikan bahwa Israel lebih berkomitmen untuk memenuhi tuntutan populasi pemukim ilegal daripada mematuhi persyaratan untuk membangun stabilitas dan perdamaian yang adil," kata Hanan Ashrawi, Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Belum ada tanggapan resmi yang dikeluarkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang pernah berdiskusi dengan Israel untuk membatasi pembangunan permukiman di tanah Palestina yang sedang mencari kemerdekaan.
Permukiman baru yang akan dibangun di wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah pada 1967 itu dianggap ilegal oleh sebagian besar masyarakat internasional. Israel membawa alasan sejarah dan politik untuk merebut tanah Palestina dan untuk membela tindakannya.
Sebelumnya Netanyahu berjanji permukiman baru di Emek Shilo akan dibangun pada Februari, tak lama sebelum puluhan keluarga Israel diusir dari permukiman Amona di Tepi Barat. Rumah-rumah mereka di Amona diratakan setelah Mahkamah Agung Israel mengatakan bangunan itu dibangun secara ilegal di tanah milik pribadi warga Palestina. Membangun permukiman baru mungkin menjadi cara bagi Netanyahu untuk menenangkan anggota sayap kanan dari pemerintahannya, yang cenderung keberatan dengan konsesi tuntutan AS untuk membatasi pembangunan.
Trump, yang selama ini dianggap memihak Israel, memberikan sikap yang cukup mengejutkan. Saat Netanyahu berkunjung ke Gedung Putih bulan lalu, Trump mendesak agar Netanyahu menahan keinginannya untuk membangun permukiman baru. Keduanya kemudian sepakat untuk mencoba mencari jalan keluar dengan melakukan kompromi seberapa banyak dan di mana saja Israel bisa membangun permukiman.