REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Pemerintah Jerman mulai melakukan penyelidikan terhadap sebuah organisasi keagamaan Turki di negara itu. Hal itu terkait dengan tindakan spionase yang dilakukan oleh Turki yang pada awal pekan ini disebut terjadi.
Kejaksaan Jerman melaporkan penyelidikan pertama dilakukan terhadap Halife Keskin. Ia adalah kepala departemen hubungan luar negeri dan otoritas keagamaan Turki yang dikenal dengan nama Diyanet.
Keskin disebut menginstruksikan misi Turki untuk memata-matai kegiatan gerakan pendukung ulama negara itu yang berbasis di Amerika Serikat (AS) Fethullah Gulen, Hizmet. Diyanet meminta konsulat di 35 negara, di antaranya adalah Australia, Nigeria, Mauritania, dan Mongolia untuk melakukan hal itu.
Kegiatan mata-mata itu diduga terjadi berdasarkan dokumen yang tersebar. Badan Intelijen Turki diduga melakukan aksi spionase sebagai tindak lanjut dari kudeta yang terjadi di negara itu pada Juli 2016 lalu.
Gulen disebut sebagai pihak yang berada di balik kudeta gagal untuk menggulingkan Presiden Turki recep Tayyip Erdogan. Intelijen Turki bahkan disebut memberikan daftar nama 300 orang terhadap inetlijen Jerman yang diduga merupakan para pendukung ulama tersebut.
Saat ini, tak hanya Jerman, namun Austria dan Swiss juga telah meluncurkan investigasi Turki melakukan kegiatan mata-mata ilegal di teritori mereka. Dari laporan yang ada, kedutaan Turki di empat benua telah menyerahkan laporan mengenai pendukung Gulen setelah menerima permintaan dari pemerintah pusat negara itu pada September 2016 lalu.