REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Serangan gas kimia terjadi di Provinsi Barat Laut Idlib, Suriah, Selasa (4/4). Menurut laporan Reuters, akibat serangan telah menewaskan sedikitnya 58 jiwa dengan 300 orang luka-luka. Serangan itu kemungkinan dijatuhkan oleh jet milik pemerintah Suriah.
Namun, juru bicara Gedung Putih Sean Spicer menuding, tragedi itu sebagai bentuk lemahnya pemerintahan saat era Presiden Barack Obama. Spicer menyebut, serangan ke Suriah sangat keji sekaligus mengaitkannya dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
"Spicer juga menggambarkan serangan kimia ke Suriah adalah sebuah "konsekuensi" dari "kelemahan" pemerintahan Obama," tulis akun twitter Hunter Walker.
Dikutip The Guardian, pada 2016, mantan presiden AS Obama menjatuhkan 26.171 bom di tujuh negara mayoritas Muslim, terutama Suriah dan Irak. “Ini berarti bahwa setiap hari, tahun lalu, militer AS mengecam kombatan atau warga sipil di luar negeri dengan 72 bom. Itu tiga bom setiap jam, 24 jam sehari,” tulis The Guardian.
Kendati begitu, Spicer tak berkomentar terkait serangan udara yang dipimpin AS bulan lalu di Mosul, Irak. Serangan ini menewaskan sedikitnya 150 orang. Santi Sopia