Rabu 05 Apr 2017 08:37 WIB

Suriah Bantah Militernya Miliki Senjata Kimia

Foto yang diambil kelompok antipemerintah Suriah Edlib Media Center yang telah diautentifikasi menunjukkan dokter menangani seorang anak menyusul dugaan serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.
Foto: Edlib Media Center, via AP
Foto yang diambil kelompok antipemerintah Suriah Edlib Media Center yang telah diautentifikasi menunjukkan dokter menangani seorang anak menyusul dugaan serangan kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Kementerian Luar Negeri Suriah pada Selasa (4/4) menyatakan militer Suriah tak memiliki senjata kimia jenis apa pun. Kementerian tersebut di dalam satu pernyataan mengecam sebagai sama sekali tak berdasar laporan yang menuduh Angkatan Udara Suriah melancarkan serangan gas beracun terhadap Kota Kecil Khan Sheikhoun, yang dikuasai gerilyawan, di Provinsi Idlib di bagian barat-laut negeri tersebut, pada Selasa pagi.

Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan 58 orang tewas dan puluhan orang lagi cedera akibat serangan itu.

Kementerian tersebut menegaskan, "Militer Suriah tak memiliki senjata kimia dan tidak menggunakannya sebelum ini di kota mana pun di Suriah."

Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad mengatakan kepada stasiun TV pan-Arab Al Mayadeen, gerilyawan yang didukung oleh Prancis, Inggris, Turki dan Arab Saudi yang melancarkan serangan kimia di Khan Sheikhoun. Ia juga mengatakan negaranya telah memenuhi semua komitmennya sebagai diatur oleh Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW).

Baca: Senjata Kimia Diduga Kembali Dipakai di Perang Suriah

Dia juga mendesak masyarakat internasional agar menyeret ke pengadilan semua pihak yang berada di belakang serangan itu.

Mekdad menyatakan Pemerintah Suriah telah memberikan keterangan kepada OPCW beberapa pekan lalu mengenai penyelundupan bahan kimia oleh Front An-Nusra yang memiliki hubungan dengan Alqaidah ke dalam wilayah Suriah Utara.

Serangan pada Selasa bukan yang pertama dilaporkan di Suriah, sebab serangan senjata kimia dikatakan telah terjadi di beberapa daerah di Suriah dalam beberapa tahun belakangan, sementara Pemerintah Damaskus dan gerilyawan saling melempar tuduhan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement