REPUBLIKA.CO.ID, REYHANLI -- Serangan gas beracun ke ke Provinsi Idlib, Suriah Utara, menyisakan kisah dramatis yang mengharukan. Seperti salah seorang petani yang tinggal di sebuah desa yang terkena serangan, bergegas menyelamatkan korban di awal serangan. Namun, racun gas yang begitu kuat membuatnya tumbang.
Petani Suriah itu, Mohammad Nejdat Youssef (23 tahun), mencoba mendekati lokasi seperti kabut saat musim dingin, tidak kuning, tidak putih. Seketika itu matanya mulai pedih dan hidungnya berair. Tak terasa mulutnya juga mengeluarkan busa. Gas beracun itu menumbangkan tubuhnya yang tinggi dan kekar. Beruntung dia bisa pulih setelah mendapatkan perawatan sederhana.
Namun, gas itu tertiup angin hingga ke ladangnya. Istrinya (20) yang sedang hamil dan keponakannya (9) menjadi korban. Kondisi keduanya lebih parah, mereka harus dilarikan ke rumah sakit di Turki.
Di rumah sakit di Reyhanli, sebuah kota kecil perbatasan Turki dengan Suriah itulah banyak korban yang dilarikan ke sana. Ternyata kebanyakan korban masih kerabat, yaitu dari keluarga Youssef dan keluarga Abu Amash.
Baca: Tiga Negara Ajukan Rancangan Resolusi PBB Serangan Kimia Suriah
Kedua keluarga dihubungkan dengan perkawinan dan keduanya berasal dari Khan Sheikhoun, desa yang dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib. "Lihat ini!" kata Orwa Abu Amash (33) sambil menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan pesan Whatsapp tentang daftar kerabatnya yang meninggal dunia pada hari itu. Sebanyak 46 kerabatnya tewas akibat serangan gas beracun yang dirasakan sejak pagi.
Youssef terlihat mondar-mandir di lapangan parkir di luar rumah sakit. Ia tidak hanya mengkhawatirkan istrinya. Melainkan semua kerabatnya yang datang satu per satu memenuhi rumah sakit itu.
Salah seorang aktivis di sana, Othman al-Khan, mengabarkan melalui telepon beberapa pesawat tempur telah menderu di atas pemukiman mereka sebelum pukul 07.00. Saat itu, warga masih terlelap setelah semalaman mendengar ledakan bom secara terus menerus.
Ia berbicara sambil berlarian ke Rumah Sakit Rahmeh di Khan Sheikhoun. Banyak korban dirawat setelah serangan udara menghantam bagian dari rumah sakit itu. Bahkan pembicaraannya sempat terputus saat ada ledakan lain di sekitarnya.