Rabu 05 Apr 2017 19:06 WIB

Aktivis HAM India: Ceramah di Indonesia Tunjukkan Zakir Naik adalah Ancaman

Ulama asal India Zakir Naik memberi sambutan saat jamuan makan malam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.
Foto: ANTARA
Ulama asal India Zakir Naik memberi sambutan saat jamuan makan malam di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, PETALING JAYA -- Kelompok Hak Asasi Manusia India, Hindraf, menilai ceramah Zakir Naik di Indonesia membuktikan apa yang mereka khawatirkan sebelumnya. Zakir Naik adalah ancaman bagi keamanan nasional dan ketertiban publik.

"Zakir Naik merupakan ancaman bagi keamanan nasional, ketertiban publik, moral serta perdamaian multi rasial Malaysia," ujar pemimpin Hindraf, P Waythamoorthy seperti dikutip Free Malaysian Today, kemarin.

Zakir Naik berceramah di Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung pada 2 April lalu. Dalam ceramahnya, Zakir mengatakan, Muslim sejatinya memilih pemimpin seiman daripada non-Muslim. 

"Jika Anda memiliki dua pilihan yang beriman dan bukan, jangan cari yang tak beriman. Jika Anda melakukan itu makan akan kehilangan bantuan dari Allah," ujarnya menanggapi pertanyaan audiens.  

Dalam suratnya ke Dewan Rakyat, Wakil Perdana Menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi mengatakan, imigrasi Malaysia tak akan melarang Zakir Naik masuk ke negara itu selama tidak melanggar hukum.

Ia pun menekankan Zakir Naik tidak masuk dalam daftar teroris Resolusi Dewan Keamanan PBB 1988 dan 1267. Otoritas India sedang mengincar Zakir Naik terkait dengan pernyataan yang dianggap provokatif dan memicu aksi teroris. Zakir Naik juga dituding menerima uang secara ilegal dari luar negeri.

Investigator India meminta Zakir Naik untuk pulang ke India bulan ini guna memberi keterangan. Zakir Naik berulangkali membantah terlibat dalam aksi terorisme. Ia menilai pernyataannya banyak yang dipelintir.  Hindustan Times melaporkan tahun lalu jika Zakir Naik memiliki kewarganegaraan ganda Malaysia-India.

Baca juga,  Dituding Terkait Teroris, Ini Klarifikasi Zakir Naik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement