Kamis 06 Apr 2017 00:52 WIB

Liga Arab Sebut Serangan Kimia Suriah Kejahatan Besar

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.
Foto: DHA-Depo Photos via AP
Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kecaman internasional semakin keras untuk melawan serangan senjata kimia yang terjadi di Suriah. Liga Arab bahkan menyebut serangan itu sebagai kejahatan besar.

Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengatakan masyarakat internasional harus disalahkan karena telah membiarkan tindakan seperti itu terjadi. “Dunia tidak harus terkejut karena telah membiarkan rezim tersebut melakukan apa yang dilakukannya. Apa yang mengejutkan kita adalah peningkatan korban anak-anak yang sekarat dan seluruh dunia sedang menonton,” kata dia, dikutip Arab News.

Rusia Tuding Gas Kimia Berasal dari Senjata Pemberontak Suriah

NATO dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan penyelidikan untuk menuntut mereka yang bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan lebih dari 70 orang di provinsi Idlib Suriah pada Selasa (4/4/) itu. Kecaman juga datang dari Paus Francis di Vatikan yang mengatakan serangan itu tidak dapat diterima oleh siapapun.

"Saya benar-benar menyesalkan pembantaian yang berlangsung di provinsi Idlib kemarin, di mana puluhan orang tak berdaya, termasuk banyak anak-anak, tewas," kata Paus Francis di  St. Peter’s Square.

Syrian Observatory for Human Rights mengatakan serangan kimia di kota Khan Sheikhun, yang dikuasai pemberontak, kemungkinan dilakukan oleh pesawat tempur pasukan yang setia kepada rezim Presiden Bashar al-Assad. Namun, Suriah membantah tuduhan itu.

Menteri Kesehatan Turki, Recep Akdag, mengatakan sekitar 30 warga Suriah telah dibawa ke kota Gaziantep, Turki, yang berbatasan dengan Suriah. Mereka akan mendapatkan pengobatan setelah menjadi korban serangan senjata kimia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement