Kamis 06 Apr 2017 05:34 WIB

Korban Serangan Kimia Suriah: Saya tidak Bisa Bernapas

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Edlib Media Center merilis foto terduga korban serangan senjata kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.
Foto: Edlib Media Center, via AP
Edlib Media Center merilis foto terduga korban serangan senjata kimia di Kota Khan Sheikhoun, Idlib, Suriah, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, IDLIB - Sebuah jet tempur yang diduga milik tentara Suriah, menjatuhkan tiga bom ke kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, Selasa (4/4). Menurut saksi, bom keempat yang dijatuhkan terlihat berbeda, karena menghasilkan asap putih tebal.

Ledakan bom dari jet tempur itu membangunkan seorang pekerja pertahanan sipil, Khaled al-Nasr, sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Ia mendatangi tempat ledakan dan menemukan beberapa rekannya menderita keracunan gas.

"Saya melihat semua orang berada di atas tanah. Orang-orang itu menggeliat. Beberapa mengeluarkan busa yang keluar dari mulut mereka. Lalu kami membantu mereka," kata Nasr.

Tak lama setelah itu, Nasr mengaku merasakan sensasi terbakar di bagian mata. Tetapi ia terus membantu sampai akhirnya ia tidak mampu melanjutkannya. "Saya tidak bisa bernapas," ujar dia.

Menurutnya, petugas penyelamat segera melepaskan pakaian korban dan menyiram korban dengan air. Para korban kemudian dikirim ke rumah sakit dan fasilitas medis di sekitar Idlib. Beberapa dari mereka bahkan ada juga yang dikirim ke Turki untuk perawatan.

Ledakan bom yang diduga berisi bahan kimia dari jet tempur itu membentuk kawah dengan diameter satu meter. Tanah disekitarnya terlihat hangus.

Menem, seorang dokter di Idlib, mengatakan fasilitas medis tempat ia bekerja, telah menerima 68 korban, yang 21 orang diantaranya meninggal. Jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat.

"Hampir dua pertiganya adalah anak-anak. Beberapa dari mereka masih hidup di lokasi serangan, namun meninggal dalam perjalanan. Sebagian besar mengeluarkan busa di mulut mereka," ujar Menem.

"Kami merawat mereka dengan obat-obatan yang tersedia, sebagian besar dengan cortisone. Kami masih kedatangan pasien. Hari ini kami juga merawat sekitar 18 orang dari daerah yang sedikit lebih jauh dari lokasi pengeboman. Mereka terkena dampak 24 jam kemudian," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement