REPUBLIKA.CO.ID, DARFUR -- Jurnalis Inggris Phil Cox dan Daoud Hari dari Channel 4 News menjalani hari-hari bagai neraka saat liputan di Sudan. Mereka disandera oleh milisi bersenjata sampai harus menyembunyikan kartu memori kamera di dalam anus agar tak dirampas.
Mulanya, mereka bertugas meliput dampak migrasi ilegal dan menyelidiki tuduhan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Sudan terhadap warga sipil di Darfur. Saat melintas di pegunungan Jebel Marra sekira Desember 2016, Cox dan Hari diculik oleh milisi bersenjata.
Mulanya, pasukan yang menenteng AK47 mengikat mereka pada pohon di sebuah gurun dan tak henti memukuli selama sepekan. Setelah itu, mereka dipindahkan naik pesawat untuk ditahan dalam penjara Kobar yang terkenal di Khartoum.
Penderitaan keduanya semakin menggila selama 40 hari berada di penjara tersebut. Untungnya, setelah upaya berulang dari pemerintah AS dan Inggris, Hari mendapat suaka dari AS dan dibebaskan pada 18 Januari, disusul Cox pada 1 Februari 2017.
Para pejabat Sudan menyebut Cox telah 'diampuni' oleh Presiden Omar al-Bashir. Seorang pejabat mengatakan kepada kantor berita EFE bahwa Cox memasuki Sudan secara ilegal dan niatnya menyelidiki penggunaan senjata kimia bisa dikategorikan membahayakan keamanan nasional.
Konten kartu memori yang 'disembunyikan' Cox dalam plastik hitam di daerah pribadinya itu berhasil selamat, menjadi bukti bagi dunia. Konten kartu memori itu disajikan dalam dua bagian tayangan feature di program televisi Channel 4 News pada 5 dan 6 April 2017.
Editor Channel 4 News Ben de Pear mengatakan, medianya memang mengirim Cox dan Hari untuk melakukan investigasi pelanggaran HAM di Sudan. Namun, sama sekali tak terpikirkan bahwa keduanya akan menjadi korban kekejaman mengerikan itu.
"Mereka dipukuli, disiksa, dan disetrum, hanya karena profesi sebagai jurnalis. Kisah mereka di Sudan adalah tayangan paling mengerikan yang pernah kami siarkan di Channel 4 News," ujar Pear, dilansir dari laman Independent.