REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Donald Trump pada Rabu (5/4) mengutuk serangan kimia yang mengerikan di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditoleransi. Ketika berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Yordania Abdullah II yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas pada Selasa di bagian barat laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rezim (Bashar) al-Assad tak bisa ditoleransi," kata Trump.
"Amerika Serikat mendukung semua sekutu kami di seluruh dunia untuk mengutuk serangan mengerikan ini dan semua serangan mengerikan lain," tambah Trump.
Saat menjawab pertemuan wartawan apakah serangan tersebut telah melewati batas, Trump berkata, "Itu melewati amat banyak batas." Ditambahkannya, sikapnya terhadap Bashar "telah berubah sangat banyak".
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan. Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal pada Rabu juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu. Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dikonfirmasi serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.