Kamis 06 Apr 2017 08:53 WIB

Sidang Darurat PBB Pertimbangkan Selidiki Pemerintah Assad

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Ani Nursalikah
Dewan Keamanan PBB
Foto: AP
Dewan Keamanan PBB

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para diplomat di Dewan Keamanan PBB berdebat mengenai apakah pemerintahan Presiden Bashar Assad bertanggung jawab atas serangan senjata kimia yang menewaskan lebih dari 80 orang di Suriah utara.

Sidang darurat oleh DK PBB ini dilakukan untuk mempertimbangkan kembali sebuah resolusi untuk penyelidikan terhadap pemerintah Assad. Pemerintah Suriah diminta bisa bekerja sama dengan baik dalam penyelidikan yang akan dilakukan OPCW. Namun kelompok pemberontak menyayangkan perdebatan tersebut.

"Solusi yang benar untuk Suriah adalah menempatkan Bashar Assad, pengguna senjata kimia di pengadilan, bukan di meja perundingan," kata Mohammad Alloush, yang merupakan pejabat dari faksi pemberontak Islam Army.

Sementara para pejabat intelijen AS, Doctors Without Borders dan lembaga kesehatan PBB mengatakan bukti menunjukkan korban terkena paparan gas saraf.

Pemerintah Trump dan seluruh pemimpin dunia menyalahkan Suriah dalam hal ini. Namun tidak untuk Rusia yang merupakan sekutu Assad.

Baca: Trump: Serangan Kimia di Suriah Kelewat Batas

Rusia mengatakan senjata kimia itu berasal dari gudang senjata milik pemberontak yang bocor karena terkena serangan udara. Pemerintah Assad pun mengatakan hal yang sama ketika disalahkan.

Kepada Associated Press, pejabat pertahanan Israel mengatakan perwira intelijen militer Israel juga percaya pasukan pemerintah Suriah berada di balik serangan itu. Israel meyakini Assad memiliki berton-ton senjata kimia dalam gudangnya meskipun operasi bersama oleh Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) tiga tahun lalu telah membersihkan stok bahan kimia pemerintah.

Senada, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyalahkan pemerintah Suriah atas serangan itu. Para pemimpin negara menyalahkan Presiden Assad karena faktanya korban terkonsentrasi di wilayah yang dikuasai oposisi.

Dua pejabat AS yang tak ingin disebutkan namanya menyebutkan serangan gas itu menggunakan klorin dan agen saraf sarin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Doctors Without Borders juga membenarkan hal tersebut.

Menurut mereka korban menunjukkan gejala-gejala seperti terpapar gas saraf. Gejala tersebut seperti sesak napas, mulut berbusa, kejang, pupil mengerut dan buang air besar tidak disengaja.

Paramedis harus menggunakan selang kebakaran untuk mencuci bahan kimia dari tubuh korban. Menurut Doctors Without Borders, korban yang selamat dari serangan itu juga berbau pemutih.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement