REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengecam keras serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Suriah. Rusia menilai, serangan AS tersebut melanggar aturan hukum internasional.
Militer AS meluncurkan 59 rudal jelajah tomahawk pada Kamis (6/4) malam. Rudal tersebut dilaporkan menghantam pangkalan militer Suriah di Shayrat. Adapun serangan dilakukan AS sebagai balasan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang diduga mendalangi insiden senjata kimia pada Selasa (4/4) lalu.
Kendati demikian Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menilai serangan terhadap Suriah telah melanggar hukum internasional. "Presiden Vladimir Putin menganggap serangan AS terhadap Suriah adalah agresi terhadap pemerintah yang berdaulat dalam pelanggaran norma-norma hukum internasional," ucapnya seperti dilaporkan laman Washington Post, Jumat (7/6).
Menurut Peskov, serangan perdana AS terhadap Suriah sejak pecahnya konflik di negara tersebut akan memiliki pengaruh negatif. "Serangan pada pemerintah Assad sejak perang saudara di negara itu dimulai enam tahun lalu akan berpengaruh negatif, terutama terhadap perang melawan terorisme," ujarnya.
Serangan 59 rudal jelajah pada Kamis lalu memperluas keterlibatan AS di Suriah. Serangan tersebut juga menciptakan kemungkinan konfrontasi langsung dengan Rusia, yang telah mendukung pemerintah Assad sejak 2015.
Baca: Kemenlu: Perdamaian dan Stabilitas Suriah Dapat Dicapai dengan Dialog
Hal itu juga disampaikan oleh anggota majelis rendah parlemen Rusia Mikhail Yemelyanov. Ia menilai, serangan AS terhadap Suriah dapat memicu konflik dengan Rusia. "Ini penuh dengan kemungkinan terjadinya bentrokan antara Rusia dan AS. Dan konsekuensinya mungkin bisa menjadi paling parah, termasuk konflik militer," kata Yemelyanov.
Sementara kepala pertahanan dan keamanan komite majelis tinggi parlemen Rusia Viktor Ozerov menilai serangan AS akan merusak proses normalisasi situasi di Suriah. "Serangan ini akan memiliki konsekuensi negatif bagi normalisasi situasi di Suriah," ujarnya.
Pada 2013, pemerintah Suriah tekah sepakat menyerahkan senjata kimia di bawah pengawasan Rusia. Moskow dan Washington telah sepakat bahwa Rusia akan menemukan, mengamankan, dan menghancurkan senjata-senjata kimia tersebut agar tidak digunakan Assad.
Namun, melihat serangan ganas di Idlib yang menewaskan puluhan orang, AS menilai Rusia telah gagal melakukan tanggung jawabnya untuk mengamankan senjata kimia Suriah. "Jelas Rusia telah gagal dalam tanggung jawab dan komitmennya seperti yang disampaikan 2013 lalu," kata Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson.
Kendati demikian Peskov menegaskan Rusia telah mengawasi proses penghancuran senjata kimia. "Suriah tidak memiliki senjata kimia," ucap Peskov.