REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Suriah dipastikan akan tetap beroperasi secara normal. Keberadaan kantor perwakilan Tanah Air di salah salah satu negara Timur Tengah itu dinilai masih diperlukan.
"Kedutaan Besar Indonesia di Suriah tetap beroperasi secara normal dan perwakilan negara tetap dibutuhkan di sana," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia Arrmanatha Nasir, saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Jumat (7/4).
Kantor kedutaan dipastikan akan tetap beroperasi, meski saat ini situasi konflik masih terjadi di Suriah. Sejak 2011 lalu, negara yang dipimpin oleh Presiden Bashar Al Assad itu mengalami perang saudara antara oposisi dan pasukan pemerintah.
"Kedutaan Besar Indonesia di Suriah juga dibutuhkan untuk mengawasi perkembangan di Suriah," jelas Arrmanatha.
Dalam perkembangan situasi terkini, Suriah kembali memanas. Pemerintah Suriah dituding berada di balik serangan senjata kimia pada Selasa (4/4) lalu tersebut.
Kejadian itu tepatnya berlangsung di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib. Sedikitinya 86 orang tewas, termasuk 20 di antaranya adalah anak-anak dalam kejadian tersebut.
Pada Kamis (6/4) malam, militer AS dilaporkan meluncurkan serangan dengan menggunakan 59 rudal jenis tomahawk. Seorang pejabat negara itu mengungkapkan, aksi ini merupakan pembalasan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan oleh Pemerintah Suriah.
Baca juga, AS Serang Suriah 59 Misil, Ditembakkan.
AS meyakini Pemerintah Suriah berada di balik serangan itu. Salah satu alasan yang mendasari tuduhan itu adalah kejadian berlangsung di wilayah yang dikuasai oposisi Suriah.