Sabtu 08 Apr 2017 01:25 WIB

Serangan Misil AS ke Suriah Pancing Amarah Rusia

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Serangan misil Amerika Serikat (ilustrasi)
Foto: AP
Serangan misil Amerika Serikat (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Rusia semakin yakin dengan komitmennya untuk memperkuat Suriah, setelah misil-misil yang diluncurkan angkatan bersenjata Amerika Serikat (AS) menghancurkan pangkalan udara Suriah. Pemerintah AS mengklaim, pangkalan udara Suriah yang diserang telah digunakan untuk meluncurkan senjata kimia yang menyerang wilayah barat laut Suriah. Senjata kimia yang diluncurkan pada Selasa (4/4) lalu tersebut menewaskan puluhan orang.

Rusia, yang mendukung Presiden Bashar al-Assad, mengutuk keras serangan udara yang dilancarkan AS kepada pangkalan militer Suriah. Semakin panasnya hubungan kedua kubu justru menangguhkan kesepakatan yang sebelumnya dibuat untuk mencegah pertempuran angkatan udara AS-Suriah di langit Suriah.

Dalam serangan pertama yang dilancarkan AS setelah konflik Suriah pecah enam tahun lalu ini, dilaporkan sedikitnya enam orang tewas. Sementara itu, berdasarkan catatan otoritas kesehatan pejuang oposisi di Idlib menyebutkan paling tidak terdapat 89 korban tewas yang termasuk 33 anak-anak dan 18 perempuan, akibat serangan gas beracun yang disebut diluncurkan di kota yang dikuasai pemberontak, Khan Seikhoun.

Pemerintah Suriah sendiri menepis tudingan bahwa mereka menggunakan gas beracun yang menyerang saraf dalam konflik yang terjadi. Dewan Keamanan PBB saat ini masih melakukan pembahasan atas serangan AS ke Suriah.

Dikutip dari laman BBC, misil luncur yang dimiliki militer AS --yang terbang rendah dan sistem radar yang minimalis-- masih kesulitan menyerang pertahanan Rusia. Namun di sisi lain, Rusia bisa saja meningkatkan sistem pertahanannya di darat untuk menghadapi serangan bertubi-tubi militer AS. Hanya saja, masih sulit bagi Rusia untuk menutup pintu ketika musuh terlanjut mendobraknya.

(Baca Juga: AS Ingin Assad Turun dari Kekuasaan)

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement