REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menegaskan, serangan Amerika Serikat (AS) atas pertahanan udara Suriah memiliki konsekuensi yang sangat serius, Jumat (7/4).
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memerintahkan peluncuran 59 rudal tomahawk ke pangkalan Angkatan Udara militer Suriah, Shayrat. Trump berdalih, hal itu sebagai respons atas Suriah yang disebutnya telah memakai zat kimia mematikan untuk menyerang penduduk sipil. Diketahui, gas sarin telah membunuh lebih dari 100 orang Suriah, Selasa (4/4).
Puluhan rudal tomahawk telah ditembakkan dari kapal perang AS, USS Porter dan USS Ross yang berada di Laut Tengah.
“Kami dengan keras mengecam aksi di luar hukum yang dilakukan pemerintah AS itu. Konsekuensi dari tindakan tersebut bisa sangat serius, baik untuk stabilitas regional (Timur Tengah) maupun internasional,” kata Kepala Utusan Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, Jumat (7/4).
Terpisah, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev menyebut, serangan rudal AS itu dapat memancing konfrontasi langsung dengan militer Rusia. Sebab, sasarannya berada tidak jauh dari lokasi penempatan militer Rusia di Suriah.
Sejak dilantik menjadi presiden AS ke-45, menyerang Suriah adalah kebijakan politik luar negeri Trump yang terbesar. Hal ini juga semakin memperdalam keterlibatan AS pada kancah Perang Suriah yang sudah berlangsung enam tahun lamanya.
Serangan tersebut juga mempertajam friksi antara AS dan Rusia. Dalam konflik Suriah, Presiden Putin termasuk yang mendukung pemerintahan Assad. Di sisi lain, AS cenderung berpihak pada kelompok oposisi.
Pemerintah AS menuduh Presiden Suriah, Bashar al-Assad, sebagai dalang kekerasan atas warga sipil. Sejauh ini, pemerintah Suriah menolak segala tuduhan terkait penggunaan gas sarin.